google-site-verification: googled93a9cab977745d2.html TUGAS SEKOLAH FUN: MAKALAH CALON ARANG

Search This Blog

Thursday 20 September 2018

MAKALAH CALON ARANG


MAKALAH CALON ARANG LENGKAP 
TUGAS SENI BUDAYA 
KELAS XII

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Pendahuluan
Tari Calonarang dari daerah Bali. Tari ini mengisahkan rangkaian peristiwa yang terjadi pada zaman pemerintahan Prabu Erlangga di Kahuripan (Jawa Timur) pada abad IX. Ia menceritakan perbuatan si janda sakti dan guru ilmu hitam dari Dirah bernama Calonarang yang menyerang kerajaan Daha yang menyebakan jatuhnya banyak korban jiwa manusia tak berdosa. Untuk menghentikan perbuatan janda berputrikan Ratna Mangali ini, Prabu Erlangga minta bantuan kepada seorang brahmana dari Lemah Tulis bernama Empu Bharadah, yang dengan kekuatan ilmu putihnya berhasil mengalahkan Calonarang. Adapun bagian-bagian cerita Calonarang yang lazim dipentaskan adalah: Katundung Ratna Mangali, Iyeg Rarung, Kautus Empu Bahula, dan Pangesengan Baingin. Masyarakat Bali juga memasukkan cerita Balian Batur, Basur, Sudarsana, Patih Prabangsa, dan Dayu Datu, yang sedikit banyak menyangkut ilmu hitam, sebagai lakon Pa-calonarang-an.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat kami ambil rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1.      Apa pengertian dan sejarah dari tari calon arang ?
2.      Apa Unsur – unsur dan perkembangan dari tari calon arang ?
3.      Apa saja Alat music, tempat pertunjukkan dan jenis tari calon arang ?
4.      Apa saja pakaian dan tata rias juga jenis pertunjukkan dari tari Calon arang ?
5.      Apa saja Tokoh , adegan – adegan dan konsep “tri mandala” dalan tari calon arang ?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah
1.      Agar kita mengetahui pengertian dan sejarah dari tari calon arang
2.      Agar kita mengetahui  Unsur – unsur dan perkembangan dari tari calon arang
3.      Agar kita mengetahui saja Alat music, tempat pertunjukkan dan jenis tari calon arang
4.      Agar kita mengetahui saja pakaian dan tata rias juga jenis pertunjukkan dari tari Calon arang
5.      Agar kita mengetahui saja Tokoh , adegan – adegan dan konsep dalan tari calon arang

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Tari Calon Arang
Sendratari Calonarang adalah salah satu kesenian Bali yang termasuk dalam katagori kesenian untuk kepentingan ritual yang sakral (wali) tentu saja tidak setiap saat dipentaskan, biasanya pada saat-saat tertentu saja sebagai sarana untuk “melukat” (membersihkan desa). Desa adat Kuta, setiap tahunnya selalu mengadakan pertunjukan ini menjelang odalan pura dalem desa tersebut. untuk wilayah Desa Adat Kuta, kegiatan ini dimulai dari setra adat (kuburan umum) yang letaknya dekat hotel Paradiso dan puncaknya diselenggarakan di depan/pertigaan pasar Kuta.

2.2. Sejarah Cerita Calonarang
Sejarah atau asal muasal akan adanya kisah Calonarang ini bermula dari seorang janda sakti yang berasal dari Desa Girah bernama Calonarang dan memiliki putri cantik bernama Ratna Manggali. Kisah tersebut terjadi pada jaman pemerintahan Prabu Airlangga yang memerintah di kerajaan Daha, Kediri, Jawa Timur (tahun 1006 – 1042 M). Dalam pemerintahan tersebut, cobaan datang dari Calonarang yang memiliki ilmu hitam dan ditakuti oleh semua orang.
Cobaan di kerajaan tersebut terjadi, karena Calonarang merasa marah karena anak perempuannya tidak ada yang berani melamar, pemuda-pemuda desa tidak berani karena takut akan kekuatan ilmu hitam yang dimilki oleh orang tuanya. Mengetahui kejadian tersebut, Calonarang melakukan Durga puja, karena ketekunanya permintaan untuk menebar wabah penyakit (grubug) dikabulkan, maka terjadilah wabah, banyak penduduk yang sakit bahkan banyak yang meninggal.
Kejadian yang menimpa rakyatnya tersebut tentu membuat Raja Airlangga gusar dan akhirnya mengirim pasukan kerajaan untuk menumpas Calonarang, namun karena kesaktiannya usaha raja akhirnya gagal sehingga mengakibatkan kemarahan Calonarang semakin menggebu.
Kemudian akhirnya Raja Airlangga mendapatkan petunjuk dengan memanggil penasehat raja yaitu Mpu Baradah, strateginya adalah mengawinkan murid Mpu Baradah yaitu Mpu Bahula dengan Ratna Manggali anak dari Calonarang dan natinya diharapkan bisa mengetahui kelemahan dari Calonarang tersebut.
Dikisahkan perkawinan berjalan lancar dan Mpu Bahula hidup bersama dengan mertuanya , diceritakan juga akhirnya Mpu Bahula tahu tentang ritual-ritual yang dilakukan mertuanya dan Mpu Bahula juga berhasil membawa kitab Calonarang dan diberikan ke Mpu Baradah, setelah memahami isinya dan kitab tersebut dikembalikan lagi. Barulah Mpu Baradah datang ke desa Girah untuk memperingatkan Calonarang untuk menghentikan tenung jahatnya kepada penduduk. Terjadilah perselisihan dan pertempuran yang akhirnya dimenangkan oleh Mpu Baradah.
Sejarah dan kisah dari Calonarang ini dikemas dalam bentuk drama tari di Bali, digelar dalam pertunjukan horor, mistis dan menyeramkan dan menjadi kesenian rakyat yang cukup populer.

2.3. Unsur – Unsur Dalam Gerak Tari Calon Arang
Dramatari ritual magis yang melakonkan kisah-kisah yang berkaitan dengan ilmu sihir, ilmu hitam maupun ilmu putih, dikenal dengan Pangiwa/Pangleyakan dan Panengen. Lakon-lakon yang ditampilkan pada umumnya berakar dari cerita Calonarang, sebuah cerita semi sejarah dari zaman pemerintahan raja Airlangga di Kahuripan (Jawa timur) pada abad ke IX. Karena pada beberapa bagian dari pertunjukannya menampilkan adegan adu kekuatan dan kekebalan (memperagakan adegan kematian bangke-bangkean, menusuk rangda dengan senjata tajam secara bebas) maka Calonarang sering dianggap sebagai pertunjukan adu kesaktian (batin). Dramatari ini pada intinya merupakan perpaduan dari tiga unsur penting, yakni Babarongan diwakili oleh Barong Ket, Rangda dan Celuluk, Unsur Pagambuhan diwakili oleh Condong, Putri, Patih Manis (Panji) dan Patih Keras (Pandung) dan Palegongan diwakili oleh Sisiya-sisiya (murid-murid). Tokoh penting lainnya dari dramatari ini adalah Matah Gede dan Bondres.

2.4. Perkembangan Tari Calon Arang
Dramatari Calonarang, yang hingga kini masih tetap digemari oleh masyarakat Bali, kini telah berkembang menjadi tiga varian: Calonarang Klasik, Calonarang Prembon, dan Calonarang Anyar. Ketiganya masih tetap menampilkan lakon-lakon yang berkaitan dengan masalah ilmu hitam (pangeliyakan), masing-masing varian menyajikan lakon Calonarang menggunakan berbagai elemen-elemen seni, dengan struktur pertunjukan serta fokus estetik yang berbeda-beda.
Calonarang Klasik, yang diperkirakan muncul sekitar akhir abad XIX di daerah Gianyar Barat (Batubulan, Singapadu, Sukawati), dibentuk oleh unsur-unsur Bebarongan, Pegambuhan, dan Palegongan (tiga jenis seni pertunjukan klasik yang berkembang baik di Kabupaten Gianyar). Unsur Babarongan diwakili oleh barong ket, rangda, dan celuluk; Pegambuhan oleh condong, putri, patih manis (Panji) dan patih keras (Pandung); dan Palegongan oleh sisia-sisia. Peran-peran penting lainnya yang lahir dari dramatari ini sendiri adalah matah gede (wanita tua) dan bondres (orang-orang desa yang berwatak lucu).
Pertunjukan Calonarang Klasik (seperti yang ada di Desa Singapadu, Batubulan, Sukawati, dan sekitarnya) mencakup tiga bagian: pembukaan (pategak), sajian tari dan drama (paigelan), dan penutup (panyuwud). Bagian paigelan masih bisa dipisahkan menjadi dua: tarian lepas (pangelembar) dan tarian berlakon (lampahan). Untuk mengawali pertunjukan, biasanya dimainkan tabuh pategak. Perubahan wajah pertunjukan Calonarang di Bali akhir-akhir ini menarik untuk disimak. Belakangan ini dramatari Calonarang, termasuk kesenian lainnya yang sejenis seperti Wayang Calonarang, Arja Calonarang (Basur), cederung menjadi semakin garang dan menantang dengan ditonjolkannya adegan-adegan yang memperlihatkan pameran kekebalan dan kekuatan batin.
Semakin digemarinya unsur pameran ilmu kekebalan seperti ini tampaknya terkait erat dengan kondisi sosial masyarakat kita dewasa ini yang cepat beringas, emosional, dan suka pamer kekuatan dan kekuasaan serta dengan pongah menghalalkan segala macam cara, sekalipun harus mengabaikan ajaran-ajaran agama, untuk mencapai suatu tujuan.< suatu mencapai untuk agama, ajaran-ajaran mengabaikan harus sekalipun cara, macam segala menghalalkan pongah dengan serta kekuasaan dan kekuatan pamer suka emosional, beringas, cepat yang ini dewasa kita masyarakat sosial kondisi erat terkait tampaknya seperti kekebalan ilmu pameran unsur digemarinya Semakin batin. memperlihatkan adegan-adegan ditonjolkannya menantang garang semakin menjadi cederung (Basur), Calonarang Arja Calonarang, Wayang sejenis lainnya kesenian termasuk dramatari Belakangan disimak. menarik akhir-akhir Bali di pertunjukan.

2.5. Alat Musik Pengiring
Pertunjukan Calonarang bisa diiringi dengan Gamelan Semar Pagulingan, Bebarongan, maupun Gong Kebyar. Sebagai pengiring pertunjukan Calonarang ini digunakan gamelan (Semarandana), yang ditambah dengan keyboard, gitar, dan jembe. Di sela-sela pertunjukan terdengar sound effect yang dimainkan dengan keyboard.
2.6. Tempat Pertunjukan Tari Calon Arang
Dari segi tempat pementasan, pertunjukan Calonarang biasanya dilakukan dekat kuburan (Pura Dalem) dan arena pementasannya selalu dilengkapi dengan sebuah balai tinggi (trajangan atau tingga) dan pohon pepaya.

2.7. Jenis Tari Calon Arang
Calonarang Prembon pada intinya adalah dramatari Calonarang campuran (per-imbuh-an) yang memadukan elemen-elemen seni pertunjukan Bebarongan, Pegambuhan, Palegongan, dan Paarjaan. Peran-peran Paarjaan yang dimasukkan ke dalam Calonarang meliputi: inya, galuh, mantri manis, dan mantri buduh. Dalam pertunjukan dramatari Calonarang Prembon terjadi dialog antara peran-peran yang memakai dialog Pagambuhan dan yang memakai dialog bertembang (magending) seperti dalam Arja. Secara umum, struktur pertunjukan Calonarang Prembon tidak jauh berbeda dengan, bahkan dapat dikatakan mengikuti Calonarang Klasik.
Calonarang Anyar (Kontemporer) adalah bentuk perkembangan dramatari Calonarang yang paling baru. Grup yang mengawali pertunjukan dramatari Calonarang dengan struktur yang berbeda dengan kedua bentuk Calonarang yang disebutkan di depan adalah Gazes Denpasar melalui dua kali pertunjukannya selama dua bulan terakhir ini di Panggung Ardha Candra, Taman Budaya Denpasar (pada tahun 2003).
Seperti yang terlihat dalam pementasan dengan “Balian Batur” pada bulan Oktober dan November yang lalu, dramatari Calonarang Anyar pada dasarnya adalah sebuah tontonan multimedia dan sajian seni drama yang melakonkan kisah Calonarang atau yang sejenisnya, secara kolosal, dengan memadukan berbagai media yang antara lain diambil dari Calonarang Klasik, Wayang Listrik, seni Ogoh-ogoh, Wayang Kulit Calonarang, tari Kontemporer, dan pameran seni pangeliyakan.

2.8. Pakaian dan Tata Rias
Sebagai garapan kreasi, sendratari Calon Arang tidak lepas dari esensi tari Bali dengan gerakannya yang luwes namun bertenaga. Dipadukan dengan pakaian tradisional Bali yang sudah dimodifikasi lengkap dengan balutan kain batik bercorak Bali di bagian bawahnya. Tata rias dibuat untuk mempertegas garis-garis muka sehingga nampak seperti tata rias karakter. Tidak jarang, penari mengeluarkan sledet sebagai bentuk khas dari tari Bali. Sementara, musik yang mengiringi berasal dari suara gamelan Bali yang dipadukan dengan berbagai alat musik modern lainnya. Untuk menambah unsur dramatis, ketika moksa, Calon Arang menggunakan topeng berwujud leak dengan kuku-kukunya yang panjang menjuntai.

2.9. Jenis Pertunjukan Tari Calon Arang
Ada beberapa jenis seni pertunjukan tradisional Bali yang dapat dimasukkan ke dalam seni Pacalonarangan karena memainkan lakon Calonarang atau yang sejenisnya. Bisa disebut antara lain: Barong Ket Calonarang, Wayang Kulit Calonarang, Legong Keraton Sudarsana, Joged Pingitan Calonarang, Andir Patih Prabangsa, dan Arja Basur. Belakangan ini drama Gong dan Gambuh juga memainkan lakon-lakon Calonarang atau yang sejenisnya. Dikarenakan dalam pertunjukan kesenian-kesenian ini tokoh rangda (dan juga barong) memegang peranan penting; dan dalam setiap pertunjukan Calonarang selalu ditampilkan adegan adu kekuatan batin, maka muncul suatu kesan bahwa semua seni pertunjukan Bali yang menampilkan rangda adalah Calonarang, dan setiap pertunjukan Calonarang adalah ajang pameran adu kekebalan dari orang-orang sakti.
Wajah pertunjukan Calonarang (Klasik, Prembon, Kontemporer) telah berubah menjadi suatu pertunjukan horor yang meneror penonton dengan adegan-adegan yang berisikan ilmu kekebalan. Sesungguhnya hal ini sudah ada sejak dahulu, namun dalam sepuluh tahun terakhir ini menjadi satu unsur pertunjukan yang semakin diutamakan.
Adegan ngundang-ngundang seperti ini adalah suatu hal yang sudah biasa dalam pertunjukan

Wayang Kulit Calonarang.
Beberapa dalang Wayang Kulit Calonarang menjadikan bagian ngundang-ngundang liyak ini sebagai salah satu elemen pertunjukan yang sangat ditonjolkan sekaligus sebagai daya tarik. Pada bagian ini si dalang secara terbuka dan terang-terangan menyebutkan “identitas” orang-orang yang mempunyai dan mempraktikkan ilmu hitam, tempat di mana yang bersangkutan memperoleh kesaktian tersebut, tingkat kemampuan orang tersebut, kadang-kadang dengan menyebutkan harga dari sabuk pengeliyakan yang dimiliki seseorang. Gelombang pasangnya popularitas pertunjukan Calonarang dengan pameran ilmu kakebalannya mengingatkan kita akan gelombang pasang popularitas kesenian Janger di Bali, dengan berbagai provokasi politiknya pada pertengahan tahun
Sendratari Calonarang adalah salah satu kesenian Bali yang termasuk dalam katagori kesenian untuk kepentingan ritual yang sakral (wali) tentu saja tidak setiap saat dipentaskan, biasanya pada saat-saat tertentu saja sebagai sarana untuk “melukat” (membersihkan desa). Desa adat Kuta, setiap tahunnya selalu mengadakan pertunjukan ini menjelang odalan pura dalem desa tersebut. untuk wilayah Desa Adat Kuta, kegiatan ini dimulai dari setra adat (kuburan umum) yang letaknya dekat hotel Paradiso dan puncaknya diselenggarakan di depan/pertigaan pasar Kuta.
Pertunjukan “Tari Barong” yang sering dipentaskan untuk umum sebagai sarana pentas (balih-balihan) memiliki beberapa unsur yang hampir menyerupai sendratari Calonarang, namun nilai sakralnya yang berkurang.



2.11. Adegan – Adegan dalam Drama Tari Calonarang
Drama tari Calonarang mengangkat kisah tokoh antagonis yang sangat melegenda di Bali, bahkan cukup populer juga di daerah asalnya di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Kepopuleran kisah ini bukan karena kebaikannya tetapi kejahatannya yang menguasai ilmu hitam yang mengganggu kehidupan orang lain dan menimbulkan kesengsaraan. Walaupun kisah aslinya bukan dari Bali, namun drama tari Calonarang ini sangat populer disini. Diangkat dalam pementasan drama tari, tema yang diusung bersifat mistis dan horor, kesenian rakyat inipun tidak dipentaskan di sembarang tempat ataupun waktu.
Calonarang sendiri dikenal makhluk jadi-jadian yang sangat menyeramkan, menguasai ilmu leak tingkat tinggi sehingga sangat ditakuti. Sejumlah kelompok drama tari di Bali memang spesial menyuguhkan pementasan ini. Pementasan drama tari Calonarang ini biasanya mengambil tempat di pura Dalem atau tempat yang berdekatan dengan kuburan dan ditengah malam, seni drama tari ini dipentaskan sebagai tarian wali yang berbau horor bertujuan untuk membersihkan secara niskala wewidangan (wilayah) desa tersebut, digelar setelah rangkaian upacara yadnya (piodalan) di pura Dalem. Anak-anak di bawah umur tidak disarankan untuk menonton pertunjukan ini, karena memang bukan tontonan anak-anak dan khawatirnya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Dalam pementasannya agar lebih menyeramkan pada adegan puncak suasana dibuat gelap tanpa lampu, dibarengi juga undangan dari para sekaa tari kepada mereka yang menekuni ilmu hitam untuk mencoba salah satu pemain dalam uji kesaktian di alam gaib, dan tidak menggunakan ilmu mereka untuk kejahatan atau menyengsarakan orang lain. Bahkan dalam pementasan drama tari Calonarang menyertakan juga “bangke matah” yang mana orang tersebut sengaja diupacarai seperti orang mati, kemudian di usung ke kuburan setempat. Nuansanya sangat horor dan menyeramkan, bahkan terkadang penonton bisa menyaksikan penampakan seperti “endihan” atau wujud leak yang berbentuk bola api.
Adegan unik dan mistis lainnya pada pementasan drama tari Calonarang ini terlihat juga di saat para penari yang memerankan murid Calonarang tersebut benar-benar kesurupan, seperti murid-murid sungguhan yang mempelajari ilmu hitam di dunia nyata, mereka mengundang para leak atau penekun ilmu hitam untuk datang, sehingga sangat lumrah jika terjadi pemandangan mistis, seperti bola-bola api meluncur di udara sebagai wujud dari leak tersebut. Mereka berperang mengadu ilmu, jika pemandangan tersebut bisa anda saksikan tentu akan menjadi pemandangan langka dan unik pada jaman modern ini.
Dalem adegan lain dalam pementasan tersebut, terjadi pertarungan sengit antara tokoh baik dengan Calonarang, keris tajam di hunus kemudian dihujamkan (merancab) dengan bebas ke tubuh sang Calonarang, namun dengan kesaktiannya tidak terluka sedikitpun, seperti kekuatan di alam sesungguhnya. Ini adalah hal mistis yang terjadi karena ada kekuatan lain yang merangsuki tubuh dari Calonarang tersebut, diiringi dengan gamelan yang memacu semangat para penari untuk menusuk tubuh calonarang, sehingga suasana sangat mencekam.
Adegan yang disuguhkan memang cukup membuat bulu kuduk merinding, menyeramkan dan mencekam, namun karena menonton bersama banyak orang tentu hiburan tersebut menyuguhkan sesuatu yang berbeda dan spesial bagi masyarakat, sehingga pementasanyapun sangat ditunggu-tunggu warga. Bahkan pementasan pada tempat-tempat terpencil, mereka harus menonton pertunjukan drama tari tersebut sampai tuntas, karena khawatir di tengah perjalanan pulang bertemu dengan leak. Pementasan drama tari Calonarang di pura tentunya tidak dipungut biaya tiket masuk alias gratis, setiap orang bebas menikmatinya.
Kesenian yang biasanya mementaskan cerita tentang Calonarang tersebut diantaranya pertunjukan drama gong, arja, joged pingitan, wayang kulit, barong ket dan tari legong Keratopn Sudarsana. Dilihat dari varian pementasan seni tari tersebut baik itu klasik, prembon atau kontemporer pertunjukan tersebut adalah pertunjukan horor dan adegan ilmu kekebalan yang kental membalut kisah yang dipertunjukkan, terkesan unik pada masa kini.
Dengan kepercayaan warga Hindu di Bali tentang keberadaan leak yang merupakan salah satu bentuk dari ilmu Calonarang tersebut, dan merupakan salah satu bentuk kekuatan dari ilmu hitam adalah sebagai penyeimbang dari kekuatan ilmu putih, yang mana dalam filosofi budaya Hindu di Bali percaya dengan Rwa Bhineda yaitu dua buah perbedaan yang selalu hidup berdampingan, ada baik – jahat, hitam – putih, plus- minus yang nantinya bisa menyeimbangkan kehidupan.

2.12. Konsep TARI CALONARANG, pengertian dari "Mandala Suci"
            Dalam kehidupan masyarakat Bali mengenal adanya istilah ‘Rwa Bhineda’, yang artinya adalah antara kebajikan dan kejahatan di dunia ini tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itulah maka para leluhur-leluhur Hindu di Bali membuat sebuah cara untuk mengurangi kejahatan yang digabungkan dengan Seni sehingga terciptalah Tarian Sakral Arja “Calonarang”.
            Konsep ini merupakan warisan yang diberikan oleh Dewata untuk mengurangi kejahatan di dunia ini. Pada saat pementasan  calonarang merupakan ajang bagi Dewi Durga untuk bersenang-senang yang disimbulkan dengan adanya tapakan rangda sebagai stana beliau. Dewi Durga adalah Sakti dari Dewa Siwa yang dikenal sebagai pemberi ilmu kepada para penekun ilmu hitam di Bali. Pada saat inilah konsep ini digunakan dengan adanya adegan pemayatan dan pengundangan. Pada adegan ini ditampilkan dengan adanya adegan yang mengundang semua penekun ilmu hitam agar mau datang dan mencoba kemampuanya. Secara Rohani atau Niskala para penekun ilmu hitam ini akan merasa tertantang dan mereka pun kemudian datang untuk mencoba kemampuanya untuk mencabut roh dari pada pemain yang berperan sebagai mayat yang dijadikan umpan. Namun mereka tidak mengetahui bahwa pada saat acara pementasan ini adalah ajang bagi Dewi Durga untuk bersenang-senang.Oleh sebab itu, karena Dewi Durga merasa terganggu dengan serangan yang dilakukan oleh anak buahnya sendiri para penekun ilmu hitam yang menyebabkan beliau menjadi marah maka dipotonglah kekuatan dari para penggangu ini.Disinilah terjadi proses penetralisir dari kekuatan magic itu sendiri.  Selain itu,tari calonarang juga memiliki fungsi untuk memperlihatkan kekuatan yang dimiliki dari  ajaran Agama Hindu dimana ditampilkan adegan Pengunyingan atau tarian keris. Adegan ini biasanya ditampilkan dengan Tarian rangda yang kemudian ditusuk oleh para pengunying menggunakan keris tetapi penari rangda ini tidak mengalami luka atau bisa dibilang kebal. Secara rohani atau niskala para penari  rangda ini telah dirangsuki oleh kekuatan dari dewi durga sehingga membuatnya kebal terhadap  tusukan keris. Hal ini bertujuan tiada lain adalah untuk memperlihatkan kepada umat Hindu semuanya bahwa di Agama Hindu memiliki kekuatan seperti itu yang langsung diterima dari Dewata sehingga para Umat Hindu semakin yakin dengan ajaran agamanya.
            Oleh sebab itu maka dapat disimpulkan bahwa Tari Arja “Calonarang”memiliki fungsi sebagai berikut :
1.      Sebagai ajang pelestarian seni dari warisan budaya dan leluhur.
2.      Sebagai penetralisir dari kekuatan ilmu hitam atau magic di sekitar tempat pementasan
3.      Sebagai ajang untuk memperlihatkan kekuatan dari Dewata untuk meyakinkan umat terhadap ajaran yang dimiliki agama Hindu.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesenian tari arja “Calonarang” merupakan salah satu tarian sakral dari Bali yang sangat banyak digemari oleh masyarakat umum. Selain dari segicerita yang menarik, pada tarian ini juga seringkali menampilkan adegan-adegan yang sangat menegangkan yang mengandung unsur magis yang membuat tarian ini semakin diminati.
Tari Arja "Calonarang" biasanya identik dengan cerita antara perang dharma melawan adharma dimana disini disimbulkan dengan perwujudan Barong sebagai lambang kebenaran dan perwujudan Rangda sebagai simbol kejahatan.
Calonarang adalah cerita semi sejarah dari zaman pemerintahan raja Airlangga di Kahuripan (Jawa timur) pada abad ke IX. Cerita Calonarang adalah sebuah dramatari ritual magis yang melakonkan kisah-kisah yang berkaitan dengan ilmu sihir, baik itu ilmu hitam maupun ilmu putih. Ilmu hitam ini lebih dikenal dengan Pangiwa / Pangleyakan dan Panengen.
            Dramatari calonarang memadukan 3 unsur penting yaitu Babarongan yang diwakili oleh Barong Ket, Rangda dan Celuluk, Unsur Pagambuhan diwakili olehCondong, Putri, Patih Manis ( Panji ) dan Patih Keras ( Pandung ) dan Palegongandiwakili oleh Sisiya-sisiya ( murid-murid ). Tokoh penting lainnya dari dramatari ini adalah Matah Gede dan Bondres. Untuk tabuh pengiring, dramatari Calonarang biasanya menggunakan Gamelan Semar Pagulingan namun sering juga dipakai gamelan Gong Kebyar.
Dari segi tempat pementasan, pertunjukan Calonarang biasanya dilakukan dekat kuburan ( Pura Dalem ) dan arena pementasannya selalu dilengkapi dengan sebuah balai tinggi ( trajangan atau tingga ) dan pohon pepaya.

3.2. Saran
Setelah mengetahui tentang tari Calonarang diharapkan kita semua khususnya generasi muda senantiasa melestarikan tari Calonarang agar tidak tenggelam. Sebagai generasi muda kita harus lebih mengenal tentang seni dan kebudayaan, baik seni tradisional maupun seni modern. Karena pada saat ini kita sebagai generasi muda dituntut ikut serta aktif dalam perkembangan dunia yang semakin pesat. Untuk itu kita sebagai generasi muda harus tetap menjaga keaslian dari seni dan budaya itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA


No comments:

Post a Comment