google-site-verification: googled93a9cab977745d2.html TUGAS SEKOLAH FUN: MAKALAH KONSTIPASI (ASUAHN KEPERAWATAN)

Search This Blog

Friday 8 April 2016

MAKALAH KONSTIPASI (ASUAHN KEPERAWATAN)




 MAKALAH KONSTIPASI (ASUHAN KEPERAWATAN)



KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai “Konstipasi”.
Makalah ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami berharap kepada pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang membangun untuk penyempurnaan makalah kedepannya.
Penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat memberikan insformasi tentang konstipasi.

                                                                                                Amlapura, 31 Oktober  2015


                                                                                                Penulis












DAFTAR ISI
Judul
Kata Pengantar……………………………………………………………………             i
Daftar Isi………………………………………………………………………….             ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang………………………………………………………………..                1
1.2.Rumusan Masalah…………………………………………………………….                1
1.3.Tujuan Penulisan………………………………………………………………               1

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Konstipasi………………………………………………………...               2
2.2. Epidemiologi………………………………………………………………….               2
2.3. Tanda Gejala………………………………………………………………….               3
2.4. Fisiologi……………………………………………………………………….              4
2.5. Faktor Resiko…………………………………………………………………               5
2.6. Cara Pencegahan………………………………………………………………             
2.7. Tindakan Keperawatan………………………………………………………..             
2.8. Tindakan Medis……………………………………………………………….             

BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………           
3.2. Saran…………………………………………………………………………..           
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                                                                                                                                                                                                               






BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Konstipasi adalah kondisi tidak bisa buang air besar secara teratur atau tidak bisa sama sekali. Jika mengalaminya, Anda biasanya akan mengalami gejala-gejala tertentu. Misalnya tinja Anda menjadi keras dan padat dengan ukuran sangat besar atau sangat kecil.
Tingkat keseriusan penyakit ini berbeda-beda pada tiap penderita. Ada orang yang mengalami konstipasi untuk waktu singkat, tapi ada juga yang bisa mengalaminya dalam jangka panjang atau kronis. Konstipasi jangka panjang biasanya menyebabkan rasa sakit dan rasa ketidaknyamanan yang bisa memengaruhi rutinitas sehari-hari.

1.2.Rumusan  Penulisan
Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah dari makalah ini adalah :
  1. Apa Pengertian konstipasi ?
  2. Apa epidemiologi dari penderita konstipasi ?
  3. Bagimana tanda gejala dari penderita konstipasi ?
  4. Apa fisiologi dari penderita konstipasi ?
  5. Bagaimana cara pencegahan dari penderita konstipasi ?
  6. Bagaimana tindakan keperawatan dari penderita konstipasi ?
  7. Bagaimana tindakan medis dari penderita konstipasi ?

1.3.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisian dari makalah ini adalah
  1. Agar kita mengetahui Pengertian konstipasi
  2. Agar kita mengetahui epidemiologi dari penderita konstipasi
  3. Agar kita mengetahui tanda gejala dari penderita konstipasi
  4. Agar kita mengetahui fisiologi dari penderita konstipasi
  5. Agar kita mengetahui cara pencegahan dari penderita konstipasi
  6. Agar kita mengetahui tindakan keperawatan dari penderita konstipasi
  7. Agar kita mengetahui tindakan medis dari penderita konstipasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Konstipasi
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya.
Konstipasi merupakan dimana terjadi penurunan motilitas (pergerakan) usus, yang ditandai dengan kesulitan buang air besar (BAB). 

2.2. Epidemiologi
v  Setiap tahunnya di Amerika,kira-kira lebih dari 2,5 juta orang pergi ke dokter dan menghabiskan 725 juta dollar karena masalah konstipasi.
v  Kontipasi biasanya terjadi pada wanita (karena faktor fisik dan psikologis), orang berusia lanjut (karena kinerja sistem pencernaan pada orang tua mulai menurun), dan anak-anak (karena sistem pencernaan pada anak-anak belum terlalu sempurna).
v  Sekitar 12% dari populasi penduduk di seluruh dunia mengalami konstipasi.
v  Pendapatan dari pasien obstipasi menyumbang sekitar 3% dari total seluruh pendapatan rawat jalan.
v  Kemungkinan seseorang terkena konstipasi dalam suatu masyarakat adalah sebesar 2 sampai 30%.
v  Sekitar 50% penderita konstipasi yang berobat ke rumah sakit mengeluhkan bahwa buang air besar mereka seperti terhambat.
v  Jumlah penderita konstipasi di Amerika dan Asia-Pasifik sekitar 17,3%, dua kali lebih banyak dibandingkan dengan Eropa yakni 8,75%.
v  Sekitar 25% penderita konstipasi cenderung tidak melakukan apapun untuk menyembuhkan konstipasi yang diderita, dan mereka lebih memilih untuk membiarkannya sembuh dengan sendirinya. Sekitar 20% penderita sembelit menyepelekan gejalanya walaupun mereka sudah mengalaminya dalam waktu berbulan-bulan dan menganggap hal tersebut sudah biasa. 
v  Kurang lebih sepertiga penderita konstipasi menggunakan pencahar, meskipun baru-baru ini ada tinjauan yang menunjukkan
v  bahwa obat pencahar adalah pengobatan yang aman dan efektif.
v  Sekitar 18% penderita konstipasi tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya dan akibatnya sekitar 12% dari mereka juga tidak dapat menyelesaikan tugas dengan baik. 

2.3. Tanda Dan Gejala

Gejala dan tanda akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain, karena pola makanhormon,gaya hidup dan bentukusus besar setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya gejala dan tanda yang umum ditemukan pada sebagian besar atau kadang-kadang beberapa penderitanya adalah sebagai berikut:
*       Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja (jika tinja sudah tertumpuk sekitar 1 minggu atau lebih, perut penderita dapat terlihat seperti sedang hamil).
*       Tinja menjadi lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya (kurang dari 30 gram), dan bahkan dapat berbentuk bulat-bulat kecil bila sudah parah.
*       Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perutterlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja (bahkan sampai mengalami ambeien dan berkeringat dingin).
*       Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
*       Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan dengan tinja yang panas dan keras.
*       Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada biasanya (bahkan terkadang penderita akan kesulitan atau sama sekali tidak bisa buang angin).
*       Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu transit buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih).
*       Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah.
*       Sakit punggung bila tinja yang tertumpuk cukup banyak.
*       Bau mulut.
Sedangkan untuk gejala psikologis yang dapat terjadi pada para penderita konstipasi antara lain:
*       Kurang percaya diri
*       Lebih suka menyendiri atau menjauhkan diri dari orang sekitar.
*       Tetap merasa lapar tapi ketika makan akan lebih cepat kenyang (apalagi ketika hamil perut akan terasa mulas) karena ruang dalam perutberkurang.
*       Emosi meningkat dengan cepat.
*       Sering berdebar-debar sehingga cepat emosi yang mengakibatkan stres sehingga rentan sakit kepala atau bahkan demam.
*       Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah, dan terasa berat sehingga malas mengerjakan sesuatu bahkan kadang-kadang sering mengantuk.
*       Kurang bersemangat dalam menjalani aktivitas.
*       Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi tubuh terasa terbebani yang mengakibatkan kualitas dan produktivitas kerja menurun.
*       Nafsu makan dapat menurun.

2.4. Fisiologi
Konstipasi terjadi jika peristaltik colon terlalu lambat yang menyebakan absorpsi cairan terlalu lama menyebabkan feses padat sehingga menimbulkan konstipasi
Faktor penghambat peristaltik colon:
1.      Disengaja/menahan defekasi
2.      Psikis
3.      Anestesi
Patofisiologi
Defekasi seperti juga pada berkemih adalah suatu proses fisiologis yang menyertakan kerja otot-otot polos dan serat lintang, persarafan sentral dan perifer, koordinasi dari sistem refleks, kesadaran yang baik dan kemampuan fisis untuk mencapai tempat BAB. Kesukaran diagnosis dan pengelolaan dari konstipasi adalah karena banyaknya mekanisme yang terlibat
pada proses BAB normal. Gangguan dari salah satu mekanisme ini dapat berakibat konstipasi.
Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik usus besar yang menghantakan feses ke rektum untuk dikeluarkan. Feses masuk dan meregangkan ampula dari rektum diikuti relaksasi dari sfingter anus interna. Untuk meghindarkan pengeluaran feses yang spontan, terjadi refleks kontraksi dari sfingter anus eksterna dan kontraksi otot dasar pelvis yang depersarafi oleh saraf pudendus. Otak menerima rangsang keinginan untuk BAB dan sfingter anus eksterna diperintahkan untuk relaksasi, sehingga rektum mengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot dinding perut. kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam perut, relaksasi sfingter dan otot elevator ani. Baik persarafan simpatis maupun parasimpatis terlibat dalam proses BAB.
Patogenesis dari konstipasi bervariasi, penyebabnya multipel, mencakup beberapa faktor yang tumpang tindih. Walaupun konstipasi merupakan keluhan yang banyak pada usia lanjut, motilitas kolon tidak terpengaruh oleh bertambahnya usia. Proses menua yang normal tidak mengakibatkan perlambatan dari perjalanan saluran cerna. perubahan patofisiologi yang menyebabkan konstipasi bukanlah karena bertambahnya usia tapi memang khusus terjadi pada mereka dengan konstipasi.
Penelitian dengan petanda radioopak yang ditelan oleh orang usia lanjut yang sehat tidak mendapatkan adanya perubahan dari total waktu gerakan usus, termasuk aktivitas motorik dari kolon. Tentang waktu pergerakan usus dengan mengikuti petanda radioopak yang ditelan, normalnya kurang dari 3 hari sudah dikeluarkan. Sebaliknya, penelitian pada orang usia lanjut yang menderita konstipasi menunjukkan perpanjangan waktu gerakan usus dari 4-9 hari. Pada mereka yang dirawat atau terbaring di tempat tidur, dapat lebih panjang lagi sampai 14 hari. Petanda radioaktif yang dipakai terutama lambat jalannya pada kolon sebelah kiri dan paling lambat saat pengeluaran dari kolon sigmoid.
Pemeriksaan elektrofisiologis untuk mengukur aktivitas motorik dari kolon pasien dengan konstipasi menunjukkan berkurangnya respons motorik dari sigmoid akibat berkurangnya inervasi intrinsic karena degenerasi plexus mienterikus. Ditemukan juga berkurangnya rangsang saraf pada otot polos sirkuler yang dapat menyebabkan

 

2.5. Faktor Risiko

Prevalensi tertinggi dilaporkan terjadi pada orang di atas usia 60 tahun, diikuti oleh anak di bawah usia 10 tahun. Hubungan dengan usia ini terutama disebabkan faktor lain, seperti obat-obatan dan pola makan.
Untuk alasan yang tidak jelas, ras Kaukasian melaporkan sembelit lebih jarang dibandingkan kelompok ras lain, dan wanita terpengaruh sekitar dua kali lipat sesering pria. Kondisi ini lebih umum pada orang miskin. Tambahan faktor resiko meliputi riwayat keluarga, disfungsi dasar panggul, operasi panggul dan perut, dan persalinan.
memanjangnya waktu gerakan usus.

 

2.6. Pencegahan

*       Jangan jajan di sembarang tempat.
*       Hindari makanan yang kandungan lemak dan gulanya tinggi.
*       Minum air putih minimal 1,5 sampai 2 liter air (kira-kira 8 gelas) sehari dan cairan lainnya setiap hari.[1]
*       Olahraga, seperti jalan kaki (jogging) bisa dilakukan. Minimal 10-15 menit untuk olahraga ringan, dan minimal 2 jam untuk olahraga yang lebih berat.
*       Biasakan buang air besar secara teratur dan jangan suka menahan buang air besar. Tidak perlu memaksa untuk buang air besar setiap hari bila tidak ada rangsangan karena siklus pencernaan tiap orang berbeda-beda.
*       Konsumsi makanan yang mengandung serat secukupnya, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
*       Tidur minimal 4 jam sehari.
*       Menambah bumbu herbal dalam makanan, kecuali cabe.
*       Diet secara tidak berlebihan.
*       Mengonsumsi makanan anti inflamasi, seperti alpukatapel, dan kelapa.
*       Push up

2.7. Tindakan Keperawatan
a.    Pengkajian
Riwayat kesehatan dibuat untuk mendapatkan informasi tentang awitan dan durasi konstipasi, pola emliminasi saat ini dan masa lalu, serta harapan pasien tentang elininasi defekasi. Informasi gaya hidup harus dikaji, termasuk latihan dan tingkat aktifitas, pekerjaan, asupan nutrisi dan cairan, serta stress. Riwayat medis dan bedah masa lalu, terapi obat-obatan saat ini, dan penggunaan laksatif serta enema adalah penting. Pasien harus ditanya tentang adanya tekanan rektal atau rasa penuh, nyeri abdomen, mengejan berlebihan saat defekasi, flatulens, atau diare encer.
Pengkajian objektif mencakup inspeksi feses terhadap warna, bau, konsistensi, ukuran, bentuk, dan komponen. Abdomen diauskultasi terhadap adanya bising usus dan karakternya. Distensi abdomen diperhatikan. Area peritonial diinspeksi terhadap adanya hemoroid, fisura, dan iritasi kulit.
b.    Diagnosa Keperawatan
1.    Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur
2.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
3.    Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen

c.    Intervensi Keperawatan
1.    Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur
Tujuan : pasien dapat defekasi dengan teratur (setiap hari)
Kriteria hasil :
•    Defekasi dapat dilakukan satu kali sehari
•    Konsistensi feses lembut
•    Eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan

Intervensi Mandiri
v  Tentukan pola defekasi bagi klien dan latih klien untuk menjalankannya
v  Atur waktu yang tepat untuk defekasi klien seperti sesudah makan
v  Berikan cakupan nutrisi berserat sesuai dengan indikasi
v   Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3 liter per hari
Kolaborasi
•    Pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi   

2.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
Tujuan : menunjukkan status gizi baik
Kriteria Hasil :
•    Toleransi terhadap diet yang dibutuhkan
•    Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
•    Nilai laboratorium dalam batas normal
•    Melaporkan keadekuatan tingkat energy

Intervensi Mandiri
•    Buat perencanaan makan dengan pasien untuk dimasukkan ke dalam jadwal makan.
•    Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah.
•    Tawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan tinggi
•    Pastikan diet memenuhi kebutuhan tubuh sesuai indikasi.
•    Pastikan pola diet yang pasien yang disukai atau tidak disukai.
•    Pantau masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik.
•    Kaji turgor kulit pasien

Kolaborasi
•    Pantau nilai laboratorium, seperti Hb, albumin, dan kadar glukosa darah
•    Ajarkan metode untuk perencanaan makan   

3.    Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen
Tujuan : menunjukkan nyeri telah berkurang
Kriteria Hasil :
•    Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan
•    Mempertahankan tingkat nyeri pada skala kecil
•    Melaporkan kesehatan fisik dan psikologisi
•    Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri
•    Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non-analgesik secara tepat.

Intervensi Mandiri 
v  Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas dari nyeri dengan melakukan penggalihan melalui televisi atau  radio
v    Perhatikan bahwa lansia mengalami peningkatan sensitifitas terhadap efek analgesik opiate
v   Perhatikan kemungkinan interaksi obat – obat dan obat penyakit pada lansia    ]

2.8. Tindakan Medis
Pengobatan spesifik terhadap terhadap penyebab konstipasi, juga dapat dikerjakan tergantung apakah penyebabnya dapat dikoreksi atau tidak. Sebagai contoh, penghentian obat yang menimbulkan konstipasi, atau tindakan bedah untuk mengoreksi ada tidaknya kelainan anorektal, seperti prolapsus rekti. 4,5,10
a.Prokinetik
Obat-obat prokinetik telah dicoba untuk pengobatan konstipasi, tetapi belum banyak publikasi yang menunjukkan efektivitasnya. Obat prokinetik (seperti : cisapride dan metoclopramide) merupakan agonis 5HT4 dan antagonis 5HT3. Cisapride telah dilaporkan dapat memperbaiki keluhan penyakit refluks gastroesofagus, namun pada konstipasi belum banyak laporan yang ditulis.
Tegaserod, merupakan agonis parsial 5-HT4, dapat mempercepat transit orosekal (tanpa mempengaruhi pengosongan lambung) dan mempunyai tendensi untuk mempercepat transit kolon. Dalam uji klinik fase III, tegaserod 12 mg/hari, menghasilkan peningkatan kelompok “Irritabel bowel syndrome” tipe konstipasi yang mencapai tujuan utama “hilangnya keluhan “ penderita. Efek sekunder yang ditemukan termasuk antara lain perbaikan dalam konstipasi, nyeri sepanjang hari, dan rasa kembung.10

b.Analog prostaglandin
Analog prostaglandin (misoprostil) dapat meningkatkan produksi PGE2 dan merangsang motilitas saluran cerna bagian bawah.10

c.Klisma dan supositoria
Bahan tertentu dapat dimasukkan ke dalam anus untuk merangsang kontraksi dengan cara menimbulkan distensi atau lewat pengaruh efek kimia, untuk melunakkan tinja. Kerusakan mukosa rektum yang berat dapat terjadi akibat ekstravasasi larutan klisma ke dalam lapisan submukosa. Beberapa cara yang dapat dipakai : 4,10
- Klisma dengan PZ atau air biasa
- Na-fosfat hipertonik
- Gliserin supositori
- Bisacodyl supositori

d.Biofeedback
Penderita dengan konstipasi kronik akibat disfungsi anorektal dapat dicoba dengan pengobatan “biofeedback” untuk mengembalikan otot yang mengendalikan gerakan usus. “Biofeedback” menggunakan sensor untuk memonitor aktivitas otot yang pada saat yang sama dapat dilihat di layar komputer sehingga fungsi tubuh dapat diikuti dengan lebih akurat. Seorang ahli kesehatan yang professional, dapat menggunakan alat ini untuk menolong penderita mempelajari bagaimana cara menggunakan otot tersebut. 4,10
Dalam penelitian Houghton dan kawan-kawan (2002) ditemukan bahwa emosi dapat mempengaruhi persepsi dan distensi rektal pada penderita IBS. Juga dapat ditunjukkan bahwa pikiran mempunyai peranan yang sangat penting dalam modulasi faal saluran cerna. 11

e.Operasi
Tindakan bedah (subtotal colectomy dengan ileo-ractal anastomosis) hanya dicadangkan pada penderita dengan keluhan yang berat akibat kolon yang tidak berfungsi sama sekali (“colonic inertia”). Namun tindakan ini harus dipertimbangkan sungguh-sungguh, karena komplikasinya cukup banyak seperti : nyeri perut dan diare. 4,10











BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Konstipasi sering diartikan sebagai kurangnya frekuensi buang air besar, biasanya kurang dari 3 kali per minggu dengan feses yang kecil-kecil dan keras dan kadang-kadang disertai kesulitan sampai rasa sakit saat buang air besar. Konstipasi merupakan masalah umum yang disebabkan oleh penurunan motilitas, kurang aktivitas, penurunan kekuatan dan tonus otot.
Manifestasi klinis yang sering muncul adalah distensi abdomen, borborigimus, Rasa nyeri dan tekanan, penurunan nafsu makan, sakit kepala, kelelahan, tidak dapat makan, sensasi pengosongan tidak lengkap, mengejan saat defekasi, eliminasi volume feses sedikit, keras, dan kering. Komplikasi yang bisa terjadi jika konstipasi tidak diatasi adalah hipertensi arterial, imfaksi fekal, hemoroid dan fisura anal, megakolon
Penatalaksanaan konstipasi pada lansia dengan tatalaksana non farmakologik : cairan, serat, bowel training, latihan jasmani, evaluasi panggunaan obat. Tatalaksana farmakologik : pencahar pembentuk tinja, pelembut tinja, pencahar stimulant, pencahar hiperosmolar dan enema.














DAFTAR PUSTAKA

Wiki. Sembelit. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Sembelit. pada tanggal 30 Oktober 2015
Worldhealth. Fisiologi konstipasi. Diakses dari http://worldhealth-bokepzz.blogspot.co.id/2012/06/fisiologi-konstipasi.html. pada tanggal 30 Oktober 2015

No comments:

Post a Comment