google-site-verification: googled93a9cab977745d2.html TUGAS SEKOLAH FUN: SEJARAH KERAJAAN - KERAJAAN HINDU DI BALI MASA KEJAYAAN DAN PENYEBAB KERUNTUHAN

Search This Blog

Wednesday 30 January 2019

SEJARAH KERAJAAN - KERAJAAN HINDU DI BALI MASA KEJAYAAN DAN PENYEBAB KERUNTUHAN


SEJARAH KERAJAAN - KERAJAAN HINDU DI BALI MASA KEJAYAAN DAN PENYEBAB KERUNTUHAN


A. LATAR BELAKANG KERAJAAN BALI
Kerajaan Bali merupakan salah satu bagian dari sejarah kehidupan masyarakat  bali secara keseluruhan. Bagian pemerintah kerajaan di Bali juga beberapa kali berganti mengingat pada masa itu, terjadi banyak pertikaian antara kerajaan yang memperebutkan daerah kekuasaan mereka. Kerajaan pertama Bali pada saat itu bernama Kerajaan Bedahulu dan di lanjutkan oleh kerajaan Majapahit. 
Meskipun tidak banyak yang tahu tentang sejarah kerajaan Bali, yang pasti adalah kerajaan Bedahulu atau biasa juga di sebut Bedulu merupakan kerajaan awal yang muncul di Bali. Kerajaan yang terpusat di Pajeng atau Bedulu, Gianyar , Kerajaan Bali ini berdiri pada sekitar abad ke-8 hingga abad ke-14. Konon katanya kerajaan ini di perintah oleh salah satu kelompok bangsawan yang bernama Dinasti Warmadewa dengan Sri Kesari Warmadewa sebagai raja pertamanya.
B.     SILSILAH KEJARAAN BALI
1.    Sri Kesari Warmadewi : Berdasarkan Prasati Blanjong yang berangka tahun 914. Istananya berada di Singhadwalawa.
2.      Ratu Sri Ugrasena : Raja berikutnya adalah Sang Ratu Sri Ugrasena. Ia memerintah pada tahun 915-924. Istananya berada di Singhamandawa. Sang Ratu meninggalkan Sembilan prasasti. Pada umumnya prasasti itu berisi tentang pembebasan pajak pada daerah-daerah tertentu. Selain itu, ada juga prasasti yang membritakan tentang pembangunan tempat-tempat suci.
3.      Tabanendra Warmadewa : Raja ini memerintah pada tahun 955-967M.
4.  Jayasingha Warmadewa : Ada yang menduga bahwa Jayasingha Warmadewa bukan keturunan Tabeanemdra karena pada tahun 960 M Jayasingha Warmadewa sudah menjadi Raja. Akan tetapi, mengkin juga ia adalah Putra Mahkota yang telah di angkat mendaji raja sebelum ayahnya turun takhta. Raja Jayasingha Warmadewa memerintah sampai tahun 975 M.
5.      Jayasudha Warmadwea : Ia memerintah pada tahun 975-983M.
6.      Sri Wijaya Mahadewi :  Pada tahun 983 M muncul seorang raja wanita, yaitu Sri Wijaya Mahadewi. Menurut Syein Callendels, ratu itu berasal dari Kerajaan Sriwijaya.
7.      Dharma Udayana Warmadewa : Pada pemerintahan Udayana , kerajaan Bali mengalam kejayaan. Ia memerintsh bersama permaisuri nya, yaitu Mahendradatta, anak dari Raja Makutawangsawadhana dari Jawa Timur. Udayana memerintah bersama permaisurinya hingga tahun 1001M karena pada tahun itu Gunapriya mangkat dan didharmakan di Burwan.Udayana meneruskan  pemerintahannya hingga tahun 1011M.
8. Maraka : Marakata bergelar DHarmawangsawardhana Marakata pangkajasthana uttunggadewa. Marakata memerintah dari tahun 1011 hingga 1022M.
9.   Anak Wungsu : Ia bergelar Paduka Haji Anak Wungsu Nira Kalih Bhatari Lumah I Burwan Bhatara Lumah I Banu Wka. Anak Wungsu adalah Raja Bali Kunp yang paling banyak meninggalkan prasasti ( lebih dari 28 Prasasti) yang tersebar di Bali Utara, Bali Tengah, dan Bali Selatan. Anak Wungsu memerintah selama 28 tahun dari tahun 1049-1077M.
10.  Jaya Sakti : Jaya Sakti memenrintah dari tahun 1133-1150M.
11.  Bedahulu : Memerintah pada tahun 1343 M adalah Sri Asatara Ratna Bhumi Banten. Raja Bedahulu di bantu oleh kedua Patihnya, Kebo Iwa dan Pasunggrigis. Ia adalah raja terakhir  karena pada masa pemerintahannnya Bali di taklukan oleh Gajad ada dan menjadi wilayah taklukkan Kerajaan Majapahit.
C.    KEHIDUPAN EKONOMI KERAJAAN BALI
Kagiatan ekonomi masyarakat Bali di titik beratkan pada sektor pertanian . Hal itu di dasarkan pada beberapa Prasasti Bali yang memuat hal – hal yang berkaitan dengan kehidupan bercocok tanam. Beberapa istilah itu, antara lain sawah, parlak (sawah kering), kebwan (kebun), gaga (ladang), dan kasuwakan (irigasi).
Diluar kegiatan pertanian, masyarakat Bali kehidupannya juga ditemukan sebagai berikut:
1.      Pande (pandai=perajin)
Mereka memiliki kepandaian membuat kejarajaan perhiasan dari bahan emas dan perak, membuat peralatan rumah tangga, alat-alat pertanian, dan senjata.
2.      Undagi
Mereka memiliki kemampuan memahat, melukis, dan membuat bangunan.
3.      Pedagang
Pedagang pada masa Bali Kuno dibedakan menjadi pedagang laki-laki (wanigrama) dan pedagang perempuan (wanigrami). Nereka sudah melakukan perdagangan antarpulau (Presasti Banwa Bharu).
Kehidupan ekonomi yang berkembang di Bali yaitu sektor pertanian.     Hal itu dapat dibuktikan dengan katakata yang terdapat dalam banyak sekali prasasti yang menawarkan usaha dalam sektor pertanian, menyerupai suwah, parlak (sawah kering), gaga (ladang), kebwan (kebun), dan kaswakas (pengairan sawah).
D.    KEHIDUPAN SOSIAL-BUDAYA KERAJAAN BALI
      Struktur masyarakat yang beerkembang pada masa Kerajaan Bali Kuno di dasarkan pada hal sebagai berikut:
1.      Sistem Kasta (Catirwarna)
Sesuai dengan kebudayaan Hindu di India, pada awal perkembangan Hindu di  Bali sisitem kemasyarakatan nya juga di bedakan dalam beberapa kasta. Namun, untuk masyarakat yang berada di luar kasta di sebut Budak atau njaba.
2.      Sistem Hak Waris
Pewaris harta benda dalam suatu keluarga di bedakan atas anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki memiliki hak waris labih besar di bandingkan anak perempuan.
3.      Sistem Kesenian
Kesenian yang berkembang pada masyarakat Bali Kuno di bedakan atas system kesenian Keraton dan system kesenian rakyat.
4.      Agama dan Kepercayaan
Masyarakat Bali Kuno meskipun sangat terbuka dalam menerima pengaruh dari luar, mereka tetap mempertahan kan tradisi kepercayaan nenek moyang nya. Dengan demekian, di Bali di kenal ada penganut agama Hindu, Budha, dan Kepercayaan aninisme.
E.     KEHIDUPAN POLITIK KERAJAAN BALI
Pada tahun 989-1011 Kerajaan Buleleng diperintah oleh Udayana Warmadewa. Udayana memiliki tiga putra, yaitu Airlangga, Marakatapangkaja, dan Anak Wungsu. Kelak, Airlangga akan menjadi raja terbesar Kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur. Menurut prasasti yang terdapat di pura batu Madeg, Raja Udayana menjalin hubungan erat dengan Dinasti Isyana di Jawa Timur. Hubungan ini dilakukan karena permaisuri Udayana bernama Gunapriya Dharmapatni merupakan keturunan Mpu Sindok. Kedudukan Raja Udayana digantikan putranya, yaitu Marakatapangkaja.
Rakyat Buleleng menganggap Marakatapangkaja sebagai sumber kebeneran hukum karena ia selalu melindungi rakyatanya. Marakatapangkaja membangun beberapa tempat peribadatan untuk rakyat. Salah satu peninggalan Marakatapangkaja adalah kompleks candi di Gunung Kawi (Tampaksiring). Pemerintahan Marakatapangkaja digantikan oleh adiknya, Anak Wungsu. Anak Wungsu merupakan raja terbesar dari Dinasti Warmadewa. Anak Wungsu berhasil menjaga kestabilan kerajaan dengan menanggulangi berbagai gangguan, baik dari dalam maupun luar kerajaan. Dalam menjalankan pemerinahan, Raja Buleleng dibantu oleh badan penasihat pusat yang disebut pakirankiran i jro makabehan. Badan ini terdiri atas senapati dan pendeta Siwa serta Buddha. Badan ini berkewajiban memberi tafsiran dan nasihat kepada raja atas berbagai permasalahan yang muncul dalam masyarakat. Senapati bertugas di bidang kehakiman dan pemerintahan, sedangkan pendeta mengurusi masalah sosial dan agama.
F.     KEHIDUPAN BERAGAMA KERAJAAN BALI
Agama Hindu Syiwa mendominasi kehidupan masyarakat Buleleng. Akan tetapi, tardisi megalitik masih mengakar kuat dalam masyarakat Buleleng. Kondisi ini dibuktikan dengan penemuan beberapa bangunan pemujaan seperti punden berundak di sekitar pura-pura Hindu. Pada masa pemerintahan Janasadhu Warmadewa (975-983) pengaruh Buddha mulai berkembang di Buleleng. Agama Buddha berkembang di beberapa tempat di Buleleng seperti Pejeng, Bedulu, dan Tampaksiring. Perkembangan agama Buddha di Buleleng ditandai dengan penemuan unsur-unsur Buddha seperti arca Buddha di gua Gajah dan stupa di pura Pegulingan.
Agama Hindu dan Buddha mulai medapatkan peranan penting pada masa Raja Udayana. Pada masa ini pendeta Syiwa dan Brahmana Buddha diangkat sebagai salah satu penasihat raja. Sesuai dengan kepercayaan Hindu, raja dianggap penjelmaan (inkarnasi) dewa. Dalam prasasti Pohon Asem dijelaskan Anak Wungsu merupakan penjelmaan Dewa Hari (Wisnu). Bukti ini menunjukkan bahwa Raja Anak Wungsu dan rakyat Buleleng merupakan penganut waisnawa, yaitu pemuja Dewa Wisnu. Selain agama Hindu dan Buddha, di Buleleng berkembang sekte-sekte kecil yang menyembah dewa-dewa tertentu, misalnya sekte Ganapatya (penyembah Dewa Gana) dan Sora (penyembah dewa Matahari).
G.   MASA KEJAYAAN DAN KERUNTUHAN KERAJAAN BALI
Massa kejayaan Kerjaan Bali terjadi pada saat di pimpin Oleh Dharmawangsa. Pada masa Pemerintahan ini kerajaan Bali mengalami kejayaan dengan system pemerintahan yang semakin jelas daripada sebelumnya. Pada masa ini pihak kerajaan mempererat hubungan dengan kerajaan Jawa Timur, hal ini memperkokoh kedudukan kerajaan di antara Pulau Jawa dan Bali.  Kerajaan Bali Kuno, yang dahulu mengalami sebuah kemajuan pesat disebutkan menjadi salah satu kerajaan termakmur dengan para penguasanya yang sangat piawai menjaga kemakmuran, sangat menyayangi rakyat, memperhatikan bidang-bidang spiritual dan kebudayaan karena dahulu masyarakatnya dikenal sangat menjunjung budayanya sendiri seperti halnya diceritakan Kerajaan Atlantis dengan tingkat perkembangan peradabannya yang memukau orang.

a.      Penyebab Kejayaan
1). Naik tahtanya Dharmodayana. Pada masa pemerintahannya system pemerintahan Kerajaan Bali semakin jelas.
2). Perkawinan antara Dharma Udayana dengan Mahendradata yang merupakan putrid dari Raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur, sehingga kdudukan Kerajaan Bali semakin kuat.
b. Penyebab Keruntuhan
    1). Patih Kebo Iwa yang berhasil di bujuk untuk pergi ke
    Majapahit, sesampainya di Majapahit Kebo Iwa Dibunuh.
    2). Patih Gajah Mada yang berpura-pura menyerah dan    
    diminta di adakan perundingan  di Bali, lalu ia menangkap.
H.    PENINGGALAN KERAJAAN BALI
1.      Prasasti Blanjong




 Prasasti Blanjong (atau Belanjong) adalah sebuah prasasti yang memuat sejarah tertulis tertua tentang Pulau Bali. Pada prasasti ini disebutkan kata Walidwipa, yang merupakan sebutan untuk Pulau Bali. Prasasti ini bertarikh 835 çaka (913 M), dan dikeluarkan oleh seorang raja Bali yang bernama Sri Kesari Warmadewa.
Prasasti Blanjong ditemukan di dekat banjar Blanjong, desa Sanur Kauh, di daerah Sanur, Denpasar, Bali. Bentuknya berupa pilar batu setinggi 177 cm, dan bergaris tengah 62 cm. Prasasti ini unik karena bertuliskan dua macam huruf; yaitu huruf Pra-Nagari dengan menggunakan bahasa Bali Kuno, dan huruf Kawi dengan menggunakan bahasa Sanskerta.
2.    Pura Tirta Empul




 Sejarah pura tersebut yang terletak di daerah Tampaksiring Bali dibangun pada tahun 967 M (Tahun Caka : 889) oleh raja Sri Candrabhaya Warmadewa. Pura atau Tempat suci ini, digunakan beliau untuk melakukan hidup sederhana, lepas dari keterikatan dunia materi, melakukan tapa, brata, yoga, semadi, dengan spirit alam sekitarnya. Secara etimologi bahwa Tirta Empul artinya air yang menyembur keluar dari tanah. Maka Tirta Empul artinya adalah air suci yang menyembur keluar dari tanah. Air Tirta Empul mengalir ke sungai Pakerisan. Sepanjang aliran sungai ini terdapat beberapa peninggalan purbakala. Air suci yang ada di pura ini, sebagaimana disebutkan dalam purana bali dwipa, berfungsi untuk memusnahkan racun yang disebarkan oleh Mayadenawa. Sehingga Pura Tirta Empul ini digunakan untuk upacara melukat seperti penjelasan dalam tata cara melukat / meruwat di Pura Tirta Empul, Tampak Siring.

3.      Pura Penegil Dharma
                                   



Pura Penegil Dharma | sejarah pendirian pura ini dimulai pada 915 Masehi yang keberadaan pura ini berkaitan dengan sejarah panjang Ugrasena, salah seorang anggota keluarga Raja Mataram I dan kedatangan Maha Rsi Markandeya di Bali.


No comments:

Post a Comment