google-site-verification: googled93a9cab977745d2.html TUGAS SEKOLAH FUN: CONTOH LAPORAN PERJALANAN TIRTA YATRA

Search This Blog

Friday, 3 June 2016

CONTOH LAPORAN PERJALANAN TIRTA YATRA

Horee Liburannn.... seneng kann!!!!....tapi sebelum liburan biasanya kita melakukan perjalanan Tirta Yatra Untuk Program Sekolah kan baisanya Program OSIS, tapi setelah Tirta Yatra kita pasti disuruh buat Laporan Tirta Yatra....KK Dayu mau kasih Tips kalau mau buat laporan Tirta Yatra.

  1. setiap perjalanan tempat tirta yatra catat tempat dan waktu datang atau perginya 
  2.  ingatlah setiap moment yang paling disenangi, paling sedih, paling berkesa, paling jahil, pokoknya yang paling diinget (jangan tidur melulu kerjanya di Bis)
  3. tulis laporan perjalanan semenarik mungkin, disi dengan sejarah tempatnya dulu ya kalau yang itu bisa dicari ditempatnya mbah Google atau di buku.
  4. ingat berfoto juga disetiap tempat yang dikunjungi (jangan berselfi diaja)
  5. mudah - mudahnan contoh laporan tirta yatra ini bisa menolong..ok Cekidot

CONTOH LAPORAN PERJALANAN TIRTA YATRA


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan tirta yatra tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1.    Bapak dan Ibu narasumber/informan yang telah memberikan informasi tentang segala data yang penulis perlukan untuk kelengkapan laporan ini.
2.    Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Semoga apa yang telah diberikan memperoleh pahala yang setimpal dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang tersaji dalam laporan ini masih jauh dari laporan yang sempurna karena kekurangan dan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif guna menyempurnakan karya-karya ke depannya. Pada akhirnya, penulis tetap berharap semoga laporan ini bermanfaat dan berguna bagi dunia pendidikan.


                                                                                                             Sibetan, 10 Oktober 2015
                                                                                                                      


                  Penulis






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..    i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….    ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………………     1
1.2  Tujuan Kegiatan ……………………………………………………………………      1
1.3  Anggota ……………………………………………………………………………      2
1.4 Waktu ………………………………………………………………………………      2
1.5 Tempat yang Dikunjungi …………………………………………………………..       2

BAB II ISI
2.1 Perjalanan/Keberangkatan …………………………………………………………       3
2.2 Kegiatan Perjalanan ……………………………………………………………….        3
2.3 Perjalanan Pulang ………………………………………………………………….        11

BAB III PENUTUP
3.1 Kesan dan Pesan ………………………………………………………………….         12
3.2 Saran ………………………………………………………………………………        12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN FOTO










BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kata tirtha secara tata bahasa Sanskerta disebutkan  berasal dari akar kata “tr” yang berarti “tiryate anena” (dengan mana diseberangkan), dengan mana orang diseberangkan dari lautan dosa.  Istilah lain yang mempunyai arti yang sama dengan Tirthayatra adalah “tirthatana”, “tirthabhigamana”. Orang-orang yang melakukan tirtayatra disebut Tirtayatri  yang di India disebut yatri saja. Disamping Tirtayatra ada istilah lain yang mirip dengan Tirtayatra adalah Dharmayatra. Dharmayatra biasanya lebih tepat untuk menyebutkan orang-orang yang melakukan perjalanan suci untuk menyebarkan dharma. Sebagai contoh perjalanan yang dilakukan Rsi Agastya yang datang ke Indonesia untuk menyebarkan ajaran dharma.
Makna tirta yatra dari aspek spiritual adalah sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan keyakinan umat Hindu terhadap agamanya. Sedangkan jika ditinjau dari aspek sosial, makna tirta yatra adalah menumbuhkan kesadaran keumatan diantara umat Hindu.
Bagi kami tirta yatra memiliki makna sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi, meningkatkan keimanan, dan kesucian rohani serta dalam melaksanakan tirta yatra patutlah didasari dengan pikiran yang jernih serta suci. Tidaklah patut bagi seseorang yang melaksanakan tirta yatra memiliki pikiran yang kotor. Untuk menghindari hal tersebut kita diwajibkan agar mengendalikan diri dan mengekang hawa nafsu.
Tirta yatra merupakan yadnya agung yang sangat mulia,  oleh karena itu ia merupakan keharusan untuk dilakukan oleh setiap orang. Tirtayatra tidaklah harus diartikan melakukan persembahyangan ke beberapa tempat suci. Bagi yang kurang mampu (daridra) tetap bisa melakukan tirta yatra ke dalam diri karena di dalam diri juga ada tirta. Jadi tirta yatra ke dalam diri ini berarti membersihkan diri ke dalam.

1.2 Tujuan Kegiatan
Tujuan  mengadakan tirta yatra adalah :
  1. Meningkatkan kesucian pribadi dan memperkuat keimanan kepada Ida Sang Hyang Widi dengan memperluas cakrawala memandang keagungan-Nya sehingga manusia makin teguh mengamalkan ajaran dharma.
  2. Menghayati nilai-nilai sejarah dari objek suci yang dikunjungi.
  3. Mengimbangi dosa dengan perbuatan-perbuatan dharma. Istilah mengimbangi dosa digunakan karena menurut kepercayaan Hindu, dosa seseorang akan melekat pada atman sebagai karmawasana sesuai dengan ketentuan hukum karma phala.
  4. Untuk melaksanakan program OSIS SMPN 1 Bebandem tahun 2015/2016.

1.3  Anggota
Seluruh siswa kelas IX SMPN 1 Bebandem beserta guru pendamping

1.4 Waktu
Tirta yatra ini kami laksanakan pada tanggal 6 – 7 Oktober 2015

1.5  Tempat Yang Dikunjungi
Tempat-tempat yang kami kunjungi diantaranya:
Hari Pertama
1.      Pura Kentel Gumi
2.      Restoran Taman Sari
3.      Area Teratai Bang
4.      Tanah Lot
5.      Tirta Empul

Hari Kedua
1.      Monument Bajra Sandhi
2.      Krishna Oleh – Oleh Bali
3.      Pura Mandala
4.      Green Park


BAB II
ISI

2.1 Keberangkatan
            Pada hari Selasa pagi tepatnya tanggal 6 Oktober 2015 adalah hari yang kami tunggu – tunggu karena pada hari itu kami akan mengadakan Study Tour di Bali atau Tirta Yatra yang diikuti oelh siswa – siswi kelas IX. Kami berkumpul di sekolah pagi hari itu pada pukul 05.30wita. sebelum kami berangkat kami diberikan pengarahan oleh Bapak Kepala Sekolah dan guru – guru pendamping agar perjalanan Tirta Yatra ini bisa berjalan dengan baik dan terkordinir, tapi sebelum itu kami diabsen terlebih dahulu supaya kalau ada siswa yang belum datang siswa lain akan menunggu. Setelah itu kami diberikan pengumuman tetang rute perjalanan yang akan kami tempuh, lalu siswa dibariskan masing – masing bus dan masuk ke bus masing – masing bus sesuai barisan. Bus pun berangkat menuju tempat pertama yaitu Pura Kentel Gumi.

2.2 Kegiatan Perjalanan
A. Pura Kentel Gumi





Di dalam perjalanan menuju ke Pura Kentel Gumi kami bercanda gurau di bis untuk menghabiskan waktu dan melihat pemandangan yang indah di jalan raya. Sekitar pukul 08.25 wita kami sampai di Pura kentel Gumi. Dan kami langsung masuk ke dalam pura namun ada beberapa siswa yang cuntaka harus menunggu di luar pura.
            Pura Agung Kentel Gumi sebagai salah satu Triguna Pura atau Kahyangan Tiga Bali, memiliki beberapa kelompok pura. Pura yang sedang direhab dan berjarak sekitar 43 km dari kota Denpasar ini, terletak di Desa Tusan, Banjarangkan, Klungkung.
Berdasarkan lontar "Raja Purana Batur", Pura Agung Kentel Gumi merupakan salah satu dari Tri Guna Pura atau Kahyangan Tiga Bali, yakni sebagai Pura Puseh Bali, tempat mohon kedegdegan dan kerahayuan jagat. Sementara Pura Batur sebagai Pura Desa-nya, tempat mohon kesuburan, dan Pura Agung Besakih sebagai Pura Dalem-nya, tempat memohon kesucian sekala-niskala. Jadi, Pura Agung Kentel Gumi juga menjadi bagian amat penting sebagai Pura Kahyangan Jagat yang di-sungsung seluruh umat Hindu.
Konon dulu, diawali tancapan sebuah tiang dari Mpu Kuturan, sebagai pacek atau pasak, menjadikan suatu tempat menjadi pancer jagat atau dasar bumi pemberi keajegan gumi Bali yang sebelumnya sering gonjang ganjing oleh kerusuhan di dalam kehidupan masyarakatnya. Dari keadaan yang kembali pulih itulah konon nama Kentel Gumi bermula. Kentel artinya kental atau padat, memiliki makna "akrab", sedangkan gumi berarti bumi, dunia atau tanah.
Kira-kira, Kentel Gumi bermakna "terwujudnya persatuan dan kesatuan yang kental dengan suasana keakraban dan kedamaian hidup di bumi". Atau memiliki makna simbolik: penegakan kembali eksistensi spiritualitas pulau Bali oleh Mpu Kuturan yang luluh lantak sebelumnya akibat kekuasaan Raja Maya Denawa yang memerintah pada 962 M-975 M. Mpu Kuturan berhasil menertibkan dan menegakkan kembali kemasyarakatan penduduk Bali yang sebelumnya dihancurkan oleh pemberontakan Maya Denawa.
            Selain sejarahnya yang mengesankan Pura Kentel gumi termasuk pura yang luas sehingga beberapa teman – teman kami memanfaatkan untuk berfoto – foto. Setelah kami bersembahyang memohon keselamatan sekitar pukul 09.30wita rombongan kembali ke dalam bis masing – masing dan kami melanjutkan perjalanan ke Pura Teratai Bang tapi sebelum itu kami menikmati makan siang dulu di Restoran Taman Sari sekitar pukul 11.30. dalam menikmati makan siang kami disuguhkan dengan pemandangan yang indah sekitar restoran. Setelah selesai makan kami berfoto – foto sambil menikati pemandangan dan bukit – bukit yang sangat indah dan menakjubkan sungguh panorama yang tidak bisa dilupakan.
B. Pura Tratai Bang
            Sehabis makan rombongan dilanjutkan ke Pura Tratai Bang Kebun Raya Bedugul sekitar pukul 12.30wita. Kami senang menuju kesana karena belum pernah melihat seperti apa Pura Tratai Bang. Lagi – lagi di dalam perjalanan kami bercanda dengan teman – teman dan guru – guru, disamping itu ada juga teman kami yang mabuk dalam perjalanan karena perjalanan di Jalan Raya Bedugul menanjak dan berkelok – kelok dan akhirnya kami sampai pukul 13.00wita. lalu rombongan berangkat ke Pura Tratai Bang dengan berjalan kaki. Sambil melihat pemandangan yang menakjubkan dan melihat hutan tropis, kicauan burung – burung juga kami melihat wahana permainan yang menarik sekitar jalan menuju Pura Tratai Bang.
Pura Teratai Bang terletak di dalam areal hutan yang merupakan bagian dari Objek Wisata Kebun Raya Eka Karya Bali. Suasana disekitar Pura ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang mengunjunginya. Karena selain menawarkan aroma belerangnya yang khas, Pura ini juga menawarkan sejuknya udara pegunungan disertai dengan ketenangan dan kicauan burung-burung yang tentunya membuat hati siapapun yang berkunjung dan berwisata ke Pura ini menjadi tenang dan sejuk kembali.
Pura Teratai Bang terletak di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Bali. Letak dari objek wisata ini berdekatan dengan objek wisata Kebun Raya Eka Karya, Pura Pucak Batumeringgit, Fresh Strawberry, dan Danau Beratan
            Pura Teratai Bang merupakan salah satu Pura di Bali yang terkenal dengan aroma belerangnya yang khas ketika wisatawan berkunjung kesana. Aroma Belerang yang khas dari Pura ini menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan yang berkunjung ke objek wisata ini. Aroma belerang ini muncul karena di sebelah Pura Teratai Bang terdapat sebuah sumber mata air yang mengandung zat belerang.
Menurut catatan sejarah, aroma belerang khas yang muncul di Pura Teratai Bang disebabkan karena Pura Teratai Bang dalam kepercayaan umat Hindu di Bali, dipakai sebagai tempat pemujaan Dewa Agni (Dewa Api) sebagai manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Dari pemujaan tersebut diharapkan umat mendapatkan berbagai manfaat dalam memahami kedudukan agni (api) dalam kehidupan di Bumi Ini. Oleh karena itu, munculnya sumber mata air yang mengandung zat belerang ini dipercaya sebagai jelmaan dari Dewa Agni (Dewa Api) yang turun dan berstana (Diam) di Pura Teratai Bang ini.
            Setelah berjalan kaki selam ± 30 menit kami sampai di Pura Tratai Bang. Lalu rombongan melaksanakan persembahyangan bersama. Selesai bersembahyang tidak lupa kami berfoto – foto untuk mengabadikan kami pernah bersembahyang di Pura Tratai Bang tidak lupa juga kami berbelanja membeli buah stroberi dan oleh – oleh khas Kebun Raya Bedugul lainnya.
C. Pura Tanah Lot
            Kami melanjutkan perjalanan menuju Pura Tanah Lot yang terkenal dengan keindahannya. Tapi kami harus sabar karena menuju Pura Tanah Lot memerlukan perjalanan yang lumayan panjang. Akhirnya di dalam bus kami lebih banyak tertidur karena kami menempuh perjalanan sekitar 2 jam, kami sampai pukul 15.00wita. di Pura Tanah Lot kami melakukan persembahyangan bersama ditemani deburan ombak membuat kami tidak mendengar hiruk pikuk dunia di luar sana membuat kami bersembahyang lebih khusuk. Kembali kami dibuat kagum oleh kebesaran Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang berstana di tempat seindah ini.
            Pura Tanah Lot ini terletak di Pantai Selatan Pulau Bali yaitu di wilayah kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Pembangunan pura ini erat kaitannya dengan perjalanan Danghyang Nirartha di Pulau Bali. Di sini beliau pernah tinggal dan mengajar agama dalam perjalanannya dari Pura Rambut Siwi menuju Badung.
Pada masa Kerajaan Majapahit ada seseorang Bhagawan yang bernama Dang Hyang Dwijendra atau Dang Hyang Nirarta.Beliau dikenal sebagai Tokoh penyebaran ajaran Agama Hindu dengan nama “Dharma Yatra “.Di Lombok beliau dikenal dengan nama “Tuan Semeru” atau guru dari Semeru (sebuah nama Gunung di Jawa Timur).
Pada waktu beliau datang ke Bali untuk menjalankan misinya,yang berkuasa di Bali saat itu adalah Raja Dalem Waturenggong yang menyambut beliau dengan sangat hormat.Beliau menyebarkan agama Hindu sampai ke pelosok-pelosok Pulau Bali.Suatu ketika pada saat beliau menjalankan tugasnya,beliau melihat sinar suci dari arah tenggara dan beliau mengikutinya sampai pada sumbernya yang ternyata adalah sebuah sumber mata air.Tidak jauh dari tempat itu beliau menemukan sebuah tempat yang sangat indah yang disebut “Gili Beo”(Gili artinya Batu Karang dan Beo artinya Burung) jadi tempat itu adalah sebuah Batu Karang yang berbentuk burung.
Ditempat inilah beliau melakukan meditasi dan pemujaan terhadap Dewa Penguasa Laut.
Lokasi tempat Batu Karang ini termasuk dalam daerah Desa Beraban,dimana di desa tersebut dikepalai oleh seorang pemimpin suci yang disebut “Bendesa Beraban Sakti”.Sebelumnya masyarakat Desa Beraban menganut ajaran monotheisme(percaya dan bersandar hanya pada satu orang pemimpin yang menjadi utusan Tuhan sperti Nabi)dalam waktu yang singkat banyak masyarakat Desa Beraban ini mengikuti ajaran Dang Hyang Nirarta yang kemudian membuat Bendesa Beraban Sakti sangat marah dan mengajak pengikutnya yang masih setia untuk mengusir Bhagawan suci ini.
Dengan kekuatan spiritual yang dimiliki Dhang Hyang Nirarta,beliau melindungi diri dari serangan Bendesa Baraban dengan memindahkan batu karang besar tempat beliau bermeditasi (Gili Beo) ke tengah lautan dan menciptakan banyak ular dengan selendangnya di sekitar batu karang sebagai pelindung dan penjaga tempat tersebut.Kemudian beliau memberi nama tempat itu “Tanah Lot” yang berarti Tanah di tengah Laut.
Akhirnya Bendesa Beraban mengakui kesaktian dan kekuatan spiritual dari Dang Hyang Nirarta,dan akhirnya Bendesa Beraban menjadi pengikut setia dan ikut menyebarkan ajaran Agama Hindu kepada penduduk setempat.Sebagai tanda terima kasih sebelum melanjutkan perjalanan beliau memberikan sebuah keris kepada Bendesa Beraban yang dikenal dengan nama “Keris Jaramenara atau Keris Ki Baru Gajah”.Saat ini keris itu disimpan di Puri Kediri yang sangat dikeramatkan dan di upacarai setiap hari raya Kuningan.Dan upacara tersebut di adakan di Pura Tanah Lot setiap 210 hari sekali,yakni pada “Buda Wage Lengkir”sesuai dengan penanggalan Kalender Bali.
            Selesai bersembahyang kami lanjutkan dengan berbelanja dan melihat pemandangan laut yang indah. Sangat mengesankan melihat Pura Tanah Lot bertempat di tengah laut dengan derasnya ombak pantas para wisatawan banyak mengunjungi Pura Tanah Lot. Sambil menikmati pemandangan Pura Tanah Lot regu kami membeli kepala muda untuk menghilangakn dahaga dan makan bersama sangat enak makanan dan minumannya apalagi itu semua ditraktir teman.
D. Pura Tirta Empul
            Sekitar pukul 17.00 kami menuju Pura Tirta Empul dalam perjalanan kami saling bercanda dan kami sampai sekitar 18.30wita sebelum kami melaksanakan persembahyangan kami makan malam di wantilan Pura Tirta empul. Setelah makan rombongan kami istirahat sebentar karena kelelahan sekitar pukul 22.00wita kami lanjutkan dengan melukat di Pura Tirta empul. Seumur – umur pengalaman ini tidak bisa akan kami lupakan melukat pada malam hari, dingin, sepi, hanya suara kami dan gemericik air yang terdengar. Untuk membersihkan kotoran – kotoran yang melekat pada tubuh juga mengheningkan jiwa kita.
            Setelah selesai melukat dilanjutkan dengan persembahyang bersama memohon keselamatan juga memohon untuk UN kami nanti kami bisa menjawab dengan baik dan lulus dengan nilai yang memuaskan. Sehabis persembahyangan semua siswa mekemit di wantilan pura. Sebelum tidur kami bercakap – cakap sebentar kemudian tertidur dengan kelelahan tapi juga dengan kepuasan yang tidak akan kami lupakan.
Karena kami penasaran dengan sejarah Pura Tirta Empul Kami pun Googling di Internet.  PuraTirta Empul dan permandiannya terletak di wilayah desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Tampaksiring adalah nama dan sebuah desa yang terletak 36 km dari Denpasar. Pura Tirta Empul sebagai peninggalan Kerajaan di Bali, salah satu dari beberapa peninggalan purbakala yang menarik untuk disaksikan dan diketahui di desa ini. Disebelah Barat Pura tersebut pada ketinggian adalah Istana Presiden yang dibangun pada pemerintahan Presiden Soekarno.
Mengenai nama pura ini kemungkinan besar diambil dari nama mata air yang terdapat didalam pura ini yang bernama Tirta Empul seperti yang telah disebutkan diatas. Secara etimologi bahwa Tirta Empul artinya air yang menyembur keluar dari tanah. Maka Tirta Empul artinya adalah air suci yang menyembur keluar dari tanah.
Air Tirta Empul mengalir ke sungai Pakerisan. Sepanjang aliran sungai ini terdapat beberapa peninggalan purbakala. Pendirian pura ini diperkirakan pada tahun 960 A.D. pada jaman Raja Chandra Bhayasingha dari Dinasti Warmadewa. Seperti biasa pura – pura di Bali, pura ini dibagi atas Tiga bagian yang merupakan Jaba Pura (HaLaman Muka), Jaba Tengah (Halaman Tengah) dan Jeroan (Halaman Dalam).
Pada Jaba Tengah terdapat 2 (dua) buah kolam persegi empat panjang dan kolam tersebut mempunyai 30 buah pancuran yang berderet dari Timur ke Barat menghadap ke Selatan. Masing – masing pancuran itu menurut tradisi mempunyai nama tersendiri diantaranya pancuran Pengelukatan, Pebersihan, Sudamala dan Pancuran Cetik (Racun).
Pancuran Cetik dan nama Tirta Empul ada hubungannya dengan mitologi yaitu pertempuran Mayadenawa Raja Batu Anyar (Bedahulu) dengan Bhatara Indra.
Dalam mitologi itu diceritakan bahwa Raja Mayadenawa bersikap sewenang – wenang dan tidak mengijinkan rakyat untuk melaksanakan upacara – upacara keagamaan untuk mohon keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Setelah perbuatan itu diketahui oleh Para Dewa, maka para dewa yang dikepalai oleh Bhatara Indra menyerang Mayadenawa.
Akhirnya Mayadenawa dapat dikalahkan dan melarikan diri sampailah disebelah Utara Desa Tampak siring.
Akibatnya kesaktiannya Mayadenawa menciptakan sebuah mata air Cetik (Racun) yang mengakibatkan banyaknya para laskar Bhatara Indra yang gugur akibat minum air tersebut. Melihat hal ini Bhatara Indra segera menancapkan tombaknya dan memancarkan air keluar dari tanah (Tirta Empul) dan air Suci ini dipakai memerciki para Dewa sehingga tidak beberapa lama bisa hidup lagi seperti sedia kala.
            Pada pagi harinya pukul 06.00wita rombongan kami mengadakan pembersihan di wantilan sekitar pura. Setelah mengadakn pembersihan dilanjutkan dengan persembhyangan bersama. Lalu masing – masing murid di nariskan sesuai dengan bisnya masing – masing. Setelah itu siswa sarapan pagi di wantilan pura. Sekitar pukul 09.00wita rombongan melanjutkan perjalanan menuju Monumen Bajra Sandhi.
E. Monumen Bajra Sandhi
            Dalam perjalanan menuju Monumen Bajra Sandhi kami bercanda dengan teman – teman juga guru untuk menghilangakn bosan. Sekitar pukul 10.00 wita kami tiba di Denpasar. Kami langsung menuju Monumen Bajra Sandhi. Monumen ini menyimpan serangkaian diorama yang menggambarkan heroisme masyarakat Bali dalam menegakkan kedaulatan dan ikut memperjuangkan berdirinya Republik Indonesia. Di balik kemegahannya, monumen ini menyimpan sejumlah kisah menarik dan fakta unik yang tak banyak diketahui oleh masyarakat.
Pendirian monumen ini berawal dari terpilihnya rancangan arsitektur karya Ir. Ida Bagus Gede Yadnya pada tahun 1981. Dalam kompetisi yang diadakan pemerintah Provinsi Bali tersebut, Gede Yadnya mengajukan rancangan monumen untuk mengenang perjuangan rakyat Bali. Melalui sebuah proses panjang, akhirnya rancangan ini mulai direalisasikan pada tahun 1987 atas prakarsa mantan Gubernur Bali, Ida Bagus Mantra. Monumen ini akhirnya diresmikan pada masa Presiden Megawati Soekarno Putri, tepatnya pada 14 Juni 2003.
Eksterior monumen ini kaya akan detail ornamen khas Bali yang sarat dengan makna filosofi ajaran Hindu. Nama “Bajra Sandhi” berasal dari bentuk bangunan yang jika dilihat dari kejauhan menyerupai lonceng para pendeta Hindu, yang dalam bahasa Bali disebut bajra. Pada bagian atas, terdapat periuk (kumba) yang melambangkan Guci Amertha. Selain itu, pada bagian gerbang museum, terdapat bentuk kepala Naga Basuki dan kura-kura yang disebut Bedawang Akupa. Kedua makhluk ini erat kaitannya dengan kisah mitologi perebutan Tirtha Amerta antara kaum Dewa dengan kaum Asura (raksasa).
Selain nilai-nilai ajaran Hindu, arsitektur bangunan ini juga menyimpan perlambangan nasionalisme. Monumen ini memiliki 17 gerbang utama dan 8 pilar yang merepresentasikan tanggal 17 Agustus. Tinggi keseluruhan monumen adalah 45 meter, sesuai tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Tiga puluh tiga diorama yang terdapat di dalam museum pun semakin melengkapi pesan moral mengenai pentingnya nasionalisme dalam menjaga kemerdekaan yang telah diperjuangkan para leluhur. 
Seluruh diorama disimpan di lantai kedua museum ini. Diorama-diorama ini menggambarkan peristiwa-peristiwa penting dalam perjalanan sejarah rakyat Bali sejak era prasejarah hingga memasuki era Indonesia merdeka. Keseluruhan diorama ditata berurutan, searah jarum jam sesuai urutan waktu terjadinya peristiwa tersebut. Beberapa diorama penting yang ada di sini menggambarkan peristiwa heroik Pertempuran Puputan Klungkung, peristiwa Puputan Badung, peristiwa perobekan surat Belanda oleh Patih I Gusti Ketut Jelantik, dan penyebarluasan proklamasi kemerdekaan 1945.
Sungguh mengesankan dan sangat bangga rakyat Bali bisa mempunyai museum perjuangan semegah ini.
F. Krisna Oleh – Oleh Bali
            Setelah membangkitkan rasa nasionalis kami di Monumen Bajra Sandhi kami diajak bersantai di Krisna Oleh – Oleh Bali sekitar pukul 11.30wita kami tiba di Krisna Oleh – Oleh Bali pusat oleh – oleh Bali yang terbesar di Bali dikemas supermarket sehingga konsumen bisa berbelanja dengan nyaman. Areal Krisna Oleh – Oleh Bali juga dilengkapi dengan Restoran dan parker yang luas. Disana kami membeli oleh khas Bali seperti berbagi jenis makanan dan minuman dan sofenir dan cindramata, melihat – lihat berbagai pernak – pernik cantik. Setelah puas berbelanja kami melanjutkan makan siang di restoran Krisna Oleh – Oelh Bali ketika kita makan kami dihibur oleh penyanyi, makan yang berkelas.
G. Komplek Puja Mandala
Sekitar pukul 12.30 rombongan kami melanjutkan perjalanan kembali menuju Puja Mandala di Nusa Dua. Puja Mandala yaitu sebuah kompleks tempat bangunan peribadatan (5 Agama yang diakui di Indonesia) indah di kawasan Nusa Dua, Badung, Bali. Lokasi Puja Mandala berada di tepi kanan jalan arah menuju Hotel STP (Sekolah Tinggi Pariwisata).
Puja Mandala memiliki bangunan rumah peribadatan dengan detail sangat mengesankan.
Bangunan Masjid Agung Ibnu Batutah ada pada bagian paling kiri, beratap tumpang susun, khas bangunan Masjid Jawa.
Bangunan Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa di Puja Mandala, tepat di sebelah Masjid Agung Ibnu Batutah, dengan menara tunggal, dinding depan gevel mengikuti bentuk atap dan bagian belakang atap tumpang.
Bangunan Wihara Budhina Guna Puja Mandala dengan ornamen cantik berwarna putih dan keemasan. Wihara ini tampak anggun dan mewah. Pengerjaan patung dan ornamennya terlihat sangat halus dan detail. Ada relief Buddha, sepasang patung ksatria serta sepasang patung naga indah, patung gajah putih dengan detail ornamen mewah dan sangat halus..
Di sebelahnya terdapat bangunan Gereja Kristen Protestan Bukit Doa dengan sentuhan ornamen lokal cukup kental. Jika Masjid Agung Ibnu Batuta, Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa, dan Gereja Kristen Protestan Bukit Doa mulai dibangun pada 1994 dan diresmikan 1997, maka Wihara Budhina Guna selesai dibangun pada 2003, dan Pura Jagat Natha Nusa Dua selesai dibangun paling akhir.
Puja Mandala menjadi simbol pentingnya kedekatan antar umat beragama, setidaknya secara fisik, agar hidup berdampingan tanpa saling mengganggu. Meyakini kepercayaan sudah menjadi kewajaran, dan meyakini kepercayaannya paling benar juga wajar. Namun, tampaknya hanya jika hubungan manusia dengan Tuhannya baik, maka baik pula hubungannya dengan orang lain, apa pun kepercayaan orang lain itu. Senang kami melihat Kebhinekaan Indonesia disini mengajarkan kami untuk saling menghormati pemeluk agama lain merupakan suatu keindahan seindah Puja Mandala.
H. Green Park
            Tujuan akhir kami adalah Green Prak tujuan yang sangat kami tunggu – tunggu karena disini kami bisa bermain air sepuasnya. Teman – teman kami ada yang berenang, ada yang cuman duduk – duduk di tepi kolam tapi gagi yang suka melibatkan sedikit adrenalin saat bermain, tersedia 3 jenis seluncur air yang berbeda ketinggian dan ketegangan. Rasakan keteangan meluncur langsung dari ketinggin 10 meter di Rajawali Slide atau nikmati berseluncur di Rangkong Slide dimana kita tidak pernah tahu melalui lobang seluncur mana kita akan keluar. Yang tidak kalah serunya adalah berseluncur dari ketinggian 8 meter melalui Merak Slide yang bergelombang bak ekor burung Merak. Nikmati juga sensasi berenang dengan ombak di area Wave Pool. Rasakan air yang hangat dan sapuan ombak yang mengombang-ambingkan kesana kemari. Anda juga bisa mengendarai ombak sembari belajar surfing sederhana di area Flow Rider. Sarana lain yang tidak kalah serunya adalah Belibis River. Di sungai buatan sepanjang 300 meter ini, para wisatawan dapat bersantai sambil membiarkan diri dihanyutkan oleh arus yang mengalir pelan melewati pancuran air, gua-gua yang memikat, dan air terjun yang menyegarkan.
            Rombongan kami tidak bisa mencoba semua permainan air itu karena kami ada yang takut ketinggian. Tapi kami sudah sangat puas dan gembira bisa bermain wahana yang lain. Mudah – mudah nanti Karangasem punya wahana air yang lengkap seperti ini.
            Akhirnya tidak ada mimpi yang tidak usai dan tidak ada pesta yang tidak selesai artinya kami harus kembali ke Karangasem. Walaupun begitu banyak hal yang telah kami bawa ke Karangasem cerita, kesenangan, kegembiraan, dan pengalaman berharga. Pukul 18.30 kami sampai di sekolah dijemput orang tua masing – masing.
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesan dan Pesan
Walaupun perjalanan ini cukup melelahkan, tapi dengan kegiatan ini saya dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang daerah-daerah dan tempat suci di Bali. Dan dengan diadakannya Tirta Yatra ini saya dapat belajar sambil berkreasi dan dapat mengenal berbagai peninggalan-peninggalan sejarah dari pura yang saya kunjungi. Pengalaman kami ini tidak bisa kami ukur dengan apapun terima kasih banyak kepada Program OSIS, Guru – Guru SMPN 1 Bebandem, Orang tua yang telah member kami kesempatan untuk melakukan Tirta Yatra ini.

3.2.Saran
1.      Jagalah kebersihan pura yang kita kunjungi.
2.      Dalam melaksanakan tirta yatra hendaknya kita mentaati peraturan atau tata krama yang berlaku di pura tersebut.
3.      Dalam melaksanakan persembahyangan hendaknya kita tertib dan khusuk.
4.      Maknailah perjalanan tirta yatra yang kita laksanakan














DAFTAR PUSTAKA



2 comments:

  1. Bisa menjadi referensi bagi siswa di sekolah....

    ReplyDelete