- setiap konflik merupakan permasalahan sosial karena adanya perbedaan
- konflik lebih banyak muncul dalam masyarakat yang heterogen
- konflik yang bersifat konstruktif dan destruktif
- perbedaan konflik dan kekerasan
- dampak positif dan negatif konflik
- contoh konflik
KONFLIK
MERUPAKAN PERMASALAHAN SOSIAL KARENA ADANYA PERBEDAAN
Konflik yang terjadi
pada manusia bersumber pada berbagai macam sebab. Begitu beragamnya sumber
konflik yang terjadi antar manusia, sehingga sulit itu untuk dideskripsikan
secara jelas dan terperinci sumber dari konflik. Hal ini dikarenakan sesuatu
yang seharusnya bisa menjadi sumber konflik, tetapi pada kelompok manusia
tertentu ternyata tidak menjadi sumber konflik, demikian halnya sebaliknya.
Kadang sesuatu yang sifatnya sepele bisa menjadi sumber konflik antara manusia.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam
suatu interaksi.
Perbedaan-perbedaan
tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan,
adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam
setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya
akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Kesimpulannya sumber konflik itu sangat
beragam dan kadang sifatnya tidak rasional. Oleh karena kita tidak bisa
menetapkan secara tegas bahwa yang menjadi sumber konflik adalah sesuatu hal
tertentu, apalagi hanya didasarkan pada hal-hal yang sifatnya rasional.
Pada umumnya penyebab munculnya konflik
kepentingan sebagai berikut:
1.
perbedaan kebutuhan, nilai, dan tujuan,
2.
langkanya sumber daya seperti kekuatan,
pengaruh, ruang, waktu, uang, popularitas dan posisi,
3.
persaingan.
4.
Menurut Johnson & Johnson, (1991)
ketika kebutuhan, nilai dan tujuan saling bertentangan, ketika sejumlah sumber
daya menjadi terbatas, dan ketika persaingan untuk suatu penghargaan serta
hak-hak istimewa muncul, konflik kepentingan akan muncul.
Menurut Anoraga (dalam Saputro, 2003)
suatu konflik dapat terjadi karena perbendaan pendapat, salah paham, ada pihak
yang dirugikan, dan perasaan sensitif.
1. Perbedaan
pendapat
Suatu konflik yang terjadi karena pebedaan pendapat dimana masing-masing pihak merasa dirinya benar, tidak ada yang mau mengakui kesalahan, dan apabila perbedaan pendapat tersebut amat tajam maka dapat menimbulkan rasa kurang enak, ketegangan dan sebagainya.
Suatu konflik yang terjadi karena pebedaan pendapat dimana masing-masing pihak merasa dirinya benar, tidak ada yang mau mengakui kesalahan, dan apabila perbedaan pendapat tersebut amat tajam maka dapat menimbulkan rasa kurang enak, ketegangan dan sebagainya.
2. Salah
paham
Salah paham merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan konflik. Misalnya tindakan dari seseorang yang tujuan sebenarnya baik tetapi diterima sebaliknya oleh individu yang lain.
Salah paham merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan konflik. Misalnya tindakan dari seseorang yang tujuan sebenarnya baik tetapi diterima sebaliknya oleh individu yang lain.
3. Ada
pihak yang dirugikan
Tindakan salah satu pihak mungkin dianggap merugikan yang lain atau masing-masing pihak merasa dirugikan pihak lain sehingga seseorang yang dirugikan merasa kurang enak, kurang senang atau bahkan membenci.
Tindakan salah satu pihak mungkin dianggap merugikan yang lain atau masing-masing pihak merasa dirugikan pihak lain sehingga seseorang yang dirugikan merasa kurang enak, kurang senang atau bahkan membenci.
4. Perasaan
sensitif
Seseorang yang terlalu perasa sehingga sering menyalah artikan tindakan orang lain. Contoh, mungkin tindakan seseorang wajar, tetapi oleh pihak lain dianggap merugikan.
Seseorang yang terlalu perasa sehingga sering menyalah artikan tindakan orang lain. Contoh, mungkin tindakan seseorang wajar, tetapi oleh pihak lain dianggap merugikan.
Konflik
cenderung muncul dalam kelompok heterogen
Berdasarkan beberapa pendapat tentang
sumber konflik sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat ditegaskan
bahwa sumber konflik dapat berasal dari dalam dan luar diri individu. Dari
dalam diri individu misalnya adanya perbedaan tujuan, nilai, kebutuhan serta
perasaan yang terlalu sensitif. Dari luar diri individu misalnya adanya tekanan
dari lingkungan, persaingan, serta langkanya sumber daya yang ada. Jadi, faktor
penyebab konflik antara lain :
a.
Perbedaan individu
Perbedaan kepribadian antar individu bisa menjadi faktor penyebab terjadinya konflik, biasanya perbedaan individu yang menjadi sumber konflik adalah perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik, artinya setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbedabeda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
Perbedaan kepribadian antar individu bisa menjadi faktor penyebab terjadinya konflik, biasanya perbedaan individu yang menjadi sumber konflik adalah perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik, artinya setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbedabeda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
b.
Perbedaan latar belakang kebudayaan
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c.
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok manusia memiliki perasaan,
Pendirian
maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang
bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-
beda.
d.
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat
Perubahan
adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami
proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab
nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian
secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Nilai-nilai
yang berubah itu seperti nilai kegotong royongan berganti menjadi nilai kontrak
kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan
kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi
formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan
nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah
menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam
dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau
mendadak, akan membuat kegoncangan prosesproses sosial di masyarakat, bahkan
akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
KONFLIK
KONSTRUKTIF DAN KONFLIK DESTRUKTIF
Konfik Destruktif merupakan konflik yang muncul karena adanya
perasaan tidak senang, benci dan dendam dari seseorang atau kelompok
terhadap pihak lain. Contohnya: konflik peristiwa Mei 1998
(reformasi) yang mengakibatkan banyaknya jatuh korban seperti mahasiswa
trisakti.
Konflik
Konstruktif merupakan konflik yang bersifat
fungsional, konflik ini muncul karena adanya perbedaan pendapat dari
kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan. Contohnya:konflik
persaingan bisnis, perusahaan A & B sama2 berebut pelanggan & bersaing
secara sehat pada akhirnya kedua perusahaan berusaha meningkatkan kualitas
produknya agar menarik minat pelanggan.
PERBEDAAN
KEKERASAN DAN KONFIK
1.
Dari pengertian saja antara konflik dan
juga kekerasan memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Jika konflik merupakan
sebuah perselisihan atau interaksi dari sekelompok sosial yang memiliki sifat
negatif serta disosiatif. Jadi selain skalanya juga lebih besar, konflik juga
memiliki sifat yang lebih merusak. Sedangkan kekerasan ini adalah tindakan yang
dilakukan tanpa kontrol. Hasil dari kekerasan biasanya berupa cacat yang
dialami secara fisik baik ringan hingga berat. Sedangkan pada konflik akibat
yang terjadi bisa sampai kerusakan berbagai fasilitas yang ada.
2.
Sebuah konflik biasanya juga berupa
fakta sosial. Dengan demikian sebuah konflik tidak akan bisa dihindari oleh
satu pihak dan konflik itu pasti akan terjadi secara berkelanjutan sebelum
didapat penyelesaian. Sedangkan pada kekerasan ini lebih bersifat relatif.
Kekerasan bisa terjadi sesuai dengan kekuatan dan kemampuan pelaku kekerasan
itu sendiri. Oleh sebab itu, akibat dari sebuah kekerasan memiliki tingkatan
yang berbeda sesuai dengan apa yang dilakukan pelaku itu sendiri. Dengan
demikian jika emosi pelaku juga bisa terjaga maka kekerasan yang terjadi masih
mungkin untuk dihindari.
3.
Pada sebuah konflik biasanya memiliki
tujuan yang lebih kompleks. Dimana tujuan akhir dari sebuah konflik adalah
untuk meraih kemenangan. Oleh sebab itu, jika antara kedua belah pihak yang
bersengketa tidak ada yang mencoba untuk berdamai dan mengalah konflik akan
terus selalu terjadi. Berbeda dengan konflik kekerasan ini sama sekali tidak
memiliki tujuan yang jelas. Kekerasan biasanya adalah sebuah hasil dari
pelampiasan emosi yang meledak-ledak pada seseorang. Pelaku kekerasan biasanya
juga memungkinkan untuk muncul rasa penyesalan. Berbeda dengan sebuah konflik
dimana pelakunya akan terus berambisi untuk menang tanpa memikirkan penyesalan
dan akibat yang mungkin terjadi.
4.
Antara konflik dan juga kekerasan memang
sangat berbeda. Dalam sebuah konflik juga bisa memberikan efek positif yang
diantaranya adalah sebuah perubahan menuju lebih baik setelah konflik selesai.
Berbeda dengan kekerasan yang biasanya akan menimbulkan efek negatif
diantaranya bekas luka yang mungkin akan bertahan seumur hidup. Itulah beberapa perbedaan konflik
dan kekerasan yang dapat dilihat dari beberapa
sisi. Konflik dan kekerasan sebenarnya adalah dua hal yang perlu dihindari.
Selain bisa menimbulkan efek negatif, kerusakan dan kecacatan, sebuah konflik
dan juga kekerasan juga bisa berakibat pada timbulnya rasa trauma yang dialami
oleh para korban.
DAMPAK
NEGATIF DAN POSITIF KONFLIK
Dampak
Negatif
Dampak negatif merupakan dampak yang
tidak mungkin terelakkan. Konflik dalam jenis apapun pasti akan menimbulkan
efek negatif terhadap kehidupan orang-orang yang berkonflik. Dampak negatif
tersebut meliputi:
1.
Keretakan Hubungan Antar Kelompok
– Sebuak konflik antar kelompok mau tidak mau, meskipun telah berdamai,
pasti tetap meninggalkan kebencian pada beberapa individu dalam kelompok
tertentu. Tentunya, keretakan hubungan antara kelompok yang berkonflik
merupakan suatu hal yang tidak bisa dielakkan dan bisa menjadi penyebab
terjadinya tindakan penyalahgunaan kewenangan.
2.
Perubahan Kepribadian pada Individu
– Individu-individu yang ada dalam kelompok sosial tertentu akan mengalami
perubahan sifat. Biasanya mereka akan diliputi perasaan marah, curiga, dan
membenci orang-orang yang menjadi lawan konfliknya. Terkadang kepribadian
seseorang lambat laun akan berupah menjadi seseorang yang diliputi kecemasan.
Ia tidak akan merasa tenang karena khawatir jika konflik akan terjadi lagi. Ia
diliputi rasa curiga jika kelompok yang dulunya berkonflik dengan mereka
kembali menyulut permasalahan.
3.
Kerusakan Harta Benda dan Jatuhnya
Korban Jiwa – Konflik sosial yang sifatnya merusak bisa berakibat rusaknya
harta benda yang dimiliki oleh kelompok sosial tertentu. Konflik sosial sering
diikuti dengan tindakan anggota kelompok dari masing-masing kubu untuk
bertindak dengan mengandalkan kekerasan. Kerusakan tempat tinggal, fasilitas
umum, dan lain sebagainya, merupakan bukti konkret bahwa konflik sosial justru
berakibat buruk terhadap kepemilikan harta benda dari masing-masing kelompok.
4.
Selain itu, kekerasan yang serig terjadi
saat konflik sosial juga menimbulkan adanya korban jiwa. Entah korban luka dari
masing-masing kelompok, atau bahkan korban meninggal dari salah satu atau
masing-masing kelompok. Sayangnya, justru hilangnya nyawa dari salah satu
kelompok biasanya dijadikan alasan untuk melakukan penyerangan yang lebih
brutal, hingga menimbulan konflik yang lebih besar dan kerugian yang lebih
besar pula.
5.
Terjadi Dominasi dan Penaklukan
– Adanya konflik yang melibatkan dua kelompok tertentu, mau tidak mau
salah satu di antara mereka ingin menunjukkan dominasi mereka. Salah satu dari
dari kelompok tersebut ingin menunjukkan bahwa mereka lebih kuat dan lebih
berkuasa terhadap suatu hal. Akibatnya, timbul keinginan untuk menaklukkan
kelompok yang bertentangan dengan kelompok tersebut.
Dampak
Positif
Meskipun konflik bisa menimbulkan
berbagai dampak negatif, namun nyatanya konflik juga mampu memberikan dampak
yang positif, di antaranya:
1.
Menguatnya Solidaritas Kelompok
– Ktika sebuah konflik terjadi, masing-masing kelompok akan berusaha
memperkuat solidaritas dari masing-masing anggota kelompoknya. Selain itu,
ketika persaingan dilakukan dengan benar dan jika kejujuran diutamakan, maka
akan ada keselarasan dalam kelompok sehingga tercipta kekompakan.
2.
Mencapai Kemajuan – Konflik sosial
tidak selamanya dilakukan dengan kekerasan. Konflik sosial dalam bentuk
persaingan akan membuat kelompok yang bersaing memperoleh kemajuan dikarenakan
faktor globalisasi.
Masyarakat yang berkembang pesat, akan berusaha menyesuaikan diri dan
membuatnya bersaing agar memiliki peradaban yang maju dalam kelompoknya.
3.
Membentuk Kepribadian – Konflik
sosial yang dilakukan dengan persaingan yang baik akan menumbuhkan sifat jujur
dari kelompok-kelompok yang bersaing. Kejujuran itu akan menumbuhkan jiwa
sosial dan diri seseorang.
4.
Berbagai akibat dapat terjadi ketika
konflik sosial terjadi. Konflik sosial yang sifatnya mengandalkan kekerasan dan
anarkisme sebagian besar akan menimbulkan dampak negatif. Akan tetapi, ketika
konflik sosial itu berbentuk persaingan yang sehat, justru mampu menciptakan
kemajuan dari kelompok-kelompok yang bersaing.
Contoh
konflik
Mungkin masih segar dalam ingatan Anda
tentang konflik antara Indonesia dan Malaysia pada pertengahan tahun 2005.
Malaysia mengklaim wilayah Blok Ambalat yang merupakan bagian dari Kepulauan
Nusantara. Konflik tersebut telah menyulut amarah bangsa Indonesia yang bersatu
bersama-sama melawan sikap pemerintahan Malaysia. Sebelumnya, masyarakat
Indonesia sedang mengalami krisis kesatuan dan persatuan nasional akibat
pergolakan politik yang terus terjadi selama masa reformasi.
Contoh tersebut merupakan salah satu
akibat positif dan negatif yang ditimbulkan oleh adanya konflik. Konflik
mempunyai fungsi bagi kehidupan masyarakat. Meskipun demikian, konflik banyak
juga menimbulkan bentuk-bentuk negatif dalam interaksi sosial. Konflik dapat
berfungsi sebagai faktor positif yang berdampak konstruktif (membangun) dan
faktor negatif yang bersifat destruktif (perusak) bagi modal kedamaian sosial.
Secara positif, konflik dapat berfungsi sebagai pendorong tumbuh kembangnya
modal kedamaian sosial karena dapat meningkatkan solidaritas di antara anggota
kelompok.
No comments:
Post a Comment