MAKALAH EFEK PEMANASAN GLOBAL
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Mungkin sebagian besar dari anda sudah tidak
asing dengan istilah Global Warming.
Akhir-akhir ini makin marak kampanye Stop Global Warming baik di TV maupun
poster-poster di jalanan. Global warming atau pemanasan global adalah bukan hal
asing lagi. Disini akan kita bahas mengenai efek dari pemanasan global
tersebut.
Salah satu masalah
terbesar yang kita hadapi sekarang adalah pemanasan global. Dampaknya pada hewan
dan pertanian memang mengkhawatirkan, terlebih lagi pada populasi manusia sangat
menakutkan. Fakta-fakta tentang pemanasan global sering diperdebatkan dalam
politik dan media, tetapi, sayangnya, meskipun banyak pihak tidak sepakat
tentang penyebab global warming, akan tetapi pemanasan global adalah fakta,
terjadi secara global, dan terukur.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa yang dimaksud dengan pemanasan global?
1.2.2
Apa penyebab pemanasan global?
1.2.3
Bagaimana efek pemanasan global secara umum dan secara khusus?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Untuk mengetahui pengertian pemanasan global.
1.3.2
Untuk mengetahui penyebab pemanasan global.
1.3.3
Untuk mengetahui efek dari pemanasan global secara umum dan secara khusus.
1.4 Manfaat Penulisan
Dengan adanya makalah
ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak atau instansi terkait
untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari pemanasan global di bumi.
1.5 Metode Pengambilan
Data
Metode yang kami
gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode pengumpulan data dari berbagai sumber referensi/literatur yang ada di internet.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pemanasan Global
Global Warming atau yang dalam bahasa
Indonesia biasa disebut dengan pemanasan
global ialah suatu proses yang ditandai dengan meningkatnya suhu
rata-rata permukaan bumi, laut maupun atmosfer.
Suhu rata-rata global pada permukaan
bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama
seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC) menyimpulkan
bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan
abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas
rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek
rumah kaca.” Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30
badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari
negara-negara G8. Akan
tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang
dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan
suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga
11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu
disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas
rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang
berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,
pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama
lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini
mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.
2.2
Penyebab Pemanasan Global
a.
Efek
rumah kaca
Segala sumber energi
yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari.
Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya
tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya
menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian
panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi
infra
merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap
terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas
rumah kaca antara lain uap air, karbon
dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi
perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali
radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan
tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas
dalam rumah
kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer,
semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya. Efek rumah kaca ini sangat
dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet
ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C
(59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari
suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C
sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya,
apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan
pemanasan global.
b.
Efek
umpan balik
Anasir penyebab
pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan
akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada
awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena
uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan
menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan
konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila
dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini
meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembapan relatif
udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).
Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2
memiliki usia yang panjang di atmosfer. Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi
objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan
kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek
pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan
sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek
pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan
tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian
awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim,
antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara
batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km
untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun
demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan
umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model
yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat. Umpan balik penting
lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh
es. Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan
kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut,
daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki
kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan
akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah
pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu
siklus yang berkelanjutan. Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2
dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah
mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang
meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik
positif. Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia
menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona
mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton
yang merupakan penyerap karbon yang rendah.
c.
Variasi Matahari
Terdapat hipotesa
yang menyatakan bahwa variasi dari matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh
umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini.
Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah
meningkatnya aktivitas matahari akan memanaskan stratosfer
sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer
bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas
Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan
ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan
tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari
dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek
pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan
sejak tahun 1950. Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa
kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan
dari Duke University memperkirakan bahwa Matahari mungkin telah
berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global selama periode
1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya
mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat
perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan
pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu
vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian,
mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim
terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi
pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca. Pada tahun
2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika
Serikat, Jerman
dan Swiss
menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan"
dari matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus matahari hanya memberi
peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama
30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan
global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada
hubungan antara pemanasan global dengan variasi matahari sejak tahun 1985, baik
melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.
Peningkatan permukaan laut
Perubahan
tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil
secara geologi. Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan
menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan
laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland,
yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia
telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para
ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi)
pada abad ke-21. Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan
di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen
daerah Belanda,
17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing,
pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara
sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya
akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya,
sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari
daerah pantai. Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi
ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh
dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan
terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun.
Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
- Emisi
karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil pembangkit listrik.
Penggunaan listrik yang semakin meningkat yang dipasok dari pembangkit listrik berbahan bakar batubara yang melepaskan sejumlah besar karbon dioksida ke atmosfer. 40% emisi CO2 dihasilkan oleh produksi listrik AS, dan 93 persen diantaranya berasal dari emisi pembakaran batubara pada industri utilitas. Setiap hari, pasar semakin banyak dibanjiri gadget penggunaannya membutuhkan daya listrik, padahal tidak didukung oleh energi alternatif. Dengan demikian kita akan semakintergantung pada pembakaran batu bara untuk memasok kebutuhan listrik di seluruh dunia. - Emisi
karbon dioksida dari pembakaran bensin pada kendaraan.
Kendaraan yang kita pakai adalah sumber penghasil emisi sekitar 33% yang berdampak terhadap pemanasan global. Dengan pertambahan jumlah penduduk yang tumbuh pada tingkat yang mengkhawatirkan, tentu saja akan meningkatkan permintaan akan kendaraan yang lebih banyak lagi, yang berarti penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi dan pabrik yang semakin besar. Konsumsi terhadap bahan bakar fosil jauh melampaui penemuan terhadap cara untuk mengurangi dampak emisi. Sudah saatnya kita meninggalkan budaya konsumtif. - Emisi
metana dari peternakan dan dasar laut Kutub Utara.
Metana merupakan gas rumah kaca yang sangat kuat setelah CO2. Bila bahan organik diurai oleh bakteri pada kondisi kekurangan oksigen (dekomposisi anaerobik) maka metana akan dihasilkan. Proses ini juga terjadi pada usus hewan herbivora, dan dengan meningkatnya jumlah produksi ternak terkonsentrasi, tingkat metana yang dilepaskan ke atmosfer akan meningkat. Sumber metana lainnya adalah metana klatrat, suatu senyawa yang mengandung sejumlah besar metana yang terperangkap dalam struktur bongkahan es. Apabila metana keluar dari dasar laut Kutub Utara, maka tingkat pemanasan global akan meningkat secara signifikan. - Deforestasi,
terutama hutan tropis untuk kayu, pulp, dan lahan pertanian.
Penggunaan hutan untuk bahan bakar (baik kayu dan arang) merupakan salah satu penyebab deforestasi. Di seluruh dunia pemakaian produk kayu dan kertas semakin meningkat, kebutuhan akan lahan ternak semakin meningkat untuk pemasok daging dan susu, dan penggunaan lahan hutan tropis untuk komoditas seperti perkebunan kelapa sawit menjadi penyebab utama terhadap deforestasi dunia. Penebangan hutan akan mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfir. - Peningkatan
penggunaan pupuk kimia pada lahan pertanian.
Pada pertengahan abad ke-20, penggunaan pupuk kimia (yang sebelumnya penggunaan pupuk kandang) telah meningkat secara dramatis. Tingginya tingkat penggunaan pupuk yang kaya nitrogen memiliki efek pada penyimpanan panas dari lahan pertanian (oksida nitrogen memiliki kapasitas 300 kali lebih panas- per unit volume dari karbon dioksida) dan kelebihan limpasan pupuk menciptakan 'zona-mati 'di laut. Selain efek ini, tingkat nitrat yang tinggi dalam air tanah karena pemupukan yang berlebihan berdampak terhadap kesehatan manusia yang cukup memprihatinkan.
2.3
Efek Pemanasan Global
2.3.1
Efek Pemanasan Global Secara Umum
a.
Suhu
global cenderung meningkat
Orang mungkin
beranggapan bahwa bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari
sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian
Selatan Kanada,
sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah
hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi
kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang
menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack
(kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan
mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat
mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
b.
Gangguan
ekologis
Hewan dan tumbuhan
menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena
sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan
cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan
mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya
menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi
perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang
terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati.
Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub
mungkin juga akan musnah.
c.
Dampak
sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat
mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian.
Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul
kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan
permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan
kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai
dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering
muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi
mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain. Pergeseran ekosistem dapat memberi
dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases)
maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena
munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan
adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes
aegypti), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat
tertentu yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi
kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun
punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan
berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak kepada
peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran
hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu) Gradasi Lingkungan yang
disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada
waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara
hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi
terhadap penyakit-penyakit saluran pernapasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis,
penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
2.3.2
Efek Pemanasan Global Secara Khusus
- Terumbu Karang Great Barrier
Reef akan hilang 20 tahun kemudian
The Great Barrier Reef akan sangat
rusak oleh pemanasan air yang akan dikenali dalam waktu 20 tahun. Charlie Veron,
mantan kepala ilmuwan dari Australian Institute of Marine Science, kepada The
Times: "Tidak ada jalan keluar, tidak ada celah. Great Barrier Reef akan
selesai dalam waktu 20 tahun atau lebih. "Begitu karbon dioksida
telah menghantam tingkat untuk memperkirakan antara 2030 dan 2060, semua
terumbu karang punah" katanya.
- Hutan Hujan Amazon akan berubah
menjadi padang pasir
Amazon adalah dunia hutan hujan
tropis terbesar. Namun, pemanasan global dan penggundulan hutan yang membalik
peran hutan sebagai karbon, mengubah 30-60% dari hutan menjadi
padang rumput kering. Proyeksi menunjukkan hutan bisa hilang sepenuhnya pada
tahun 2050.
- Gurun Sahara akan menjadi
padang rumput.
Ilmuwan melihat tanda-tanda bahwa
gurun Sahara dan daerah sekitarnya menjadi semakin hijau karena meningkatnya
curah hujan. Jika berkelanjutan, hujan ini bisa
merevitalisasi daerah dilanda kekeringan, reklamasi mereka untuk pertanian
masyarakat.
- Badai akan menjadi lebih besar
dibandingkan Badai Katrina.
Belum dapat dipastikan apakah Badai
Katrina berhubungan dengan global warming, tetapi ada indikasi bahwa global
warming akan menghasilkan badai dengan kategori 5 dan Katrina hanya Kategori 4
ketika menghantam Louisiana. Pemanasan global juga membuat badai lebih merusak
dengan menaikkan permukaan laut, yang mengakibatkan banjir pantai yang lebih
serius.
- London akan hilang tenggelam
pada 2100
Hal ini tidak hanya karang dan
dataran rendah pulau-pulau yang berada di bawah ancaman dari pemanasan global.
Bahkan, ancaman utama bagi mereka adalah daerah perkotaan besar yang beresiko
akhirnya menjadi terendam air. Hal ini disebabkan oleh perubahan permukaan laut
yang terjadi ketika terjadi pemanasan global, sehingga kota-kota pesisir
sedang dihancurkan oleh banjir. Puluhan kota-kota di dunia, termasuk London dan
New York, dapat banjir pada akhir abad ini, menurut penelitian yang menunjukkan
bahwa pemanasan global akan meningkatkan permukaan air laut lebih cepat
daripada yang diperkirakan sebelumnya. London adalah salah satu ibu kota dunia
utama yang beresiko tinggi dari jenis banjir.
- Hewan akan mengecil.
Pemanasan iklim dapat mendukung
spesies kecil lebih besar. Penelitian, analisis didasarkan pada massa tubuh
ikan, plankton, dan bakteri dalam ekosistem Eropa, datang hanya beberapa minggu
setelah para ilmuwan melaporkan bahwa domba di Pulau Skotlandia yang menyusut
karena kondisi hangat. Studi baru menunjukkan bahwa spesies individu
kehilangan rata-rata 50 persen dari massa tubuh mereka selama 30 tahun.
Pengurangan ukuran tubuh adalah yang ketiga respon ekologi universal pemanasan
global. Domba studi sebelumnya menyarankan agar musim dingin yang lebih pendek
dan lebih ringan berarti domba tidak perlu memakai sebanyak berat badan seperti
dulu untuk bertahan hidup mereka tahun pertama kehidupan, suatu faktor yang
juga dapat mempengaruhi populasi ikan. Meskipun demikian para peneliti
mengatakan pergeseran bisa mengubah rantai makanan, dengan puncaknya predator
yang terutama dipengaruhi oleh penyusutan mangsa.
- 2000 Pulau di Indonesia akan
Tenggelam
Setidaknya 2.000 pulau-pulau kecil
di seluruh kepulauan Indonesia dapat menghilang pada tahun 2030 sebagai
akibat dari penambangan yang berlebihan dan lain kegiatan yang merusak
lingkungan. Indonesia telah kehilangan 24 dari yang lebih dari 17.500 pulau.
- Global Warming dapat
meningkatkan jumlah terorisme.
Pemanasan global dapat mendorong
migrasi massa dan menciptakan tempat berkembang biak bagi para teroris.
Orang-orang cenderung untuk melarikan diri destabilisasi negara, dan beberapa
mungkin berpaling kepada terorisme. Menurut Ketua Dewan Intelijen Nasional di
AS, ekonomi pengungsi akan melihat alasan tambahan mengungsi karena iklim lebih
keras. Yang akan memberi tekanan pada negara-negara yang menerima pengungsi,
banyak di antaranya tidak akan memiliki sumber daya maupun minat untuk menjadi
tuan rumah iklim ini migran.
- Puncak Alpen akan mencair
seutuhnya.
Gletser yang mundur dalam hangat,
kering musim dingin dan musim panas yang disebabkan oleh pemanasan global, dan
meskipun hujan salju ski di musim 2008-2009 adalah substansial, keseluruhan
tahun-tahun terakhir telah melihat kurang salju di
ketinggian rendah, dan surut gletser dan permafrost mencair lebih tinggi -
dengan dampak signifikan pada musim dingin kegiatan pariwisata. Diperkirakan
bahwa gletser akan hilang antara 2030 dan 2050. Italia dan Swiss telah
memutuskan untuk redraw perbatasan mereka dibubarkan setelah pemanasan global
Alpine gletser yang menandai perbatasan antara kedua negara.
- Maladewa mungkin tenggelam.
Flattest terendah dan negara di
dunia menderita erosi pantai, dan bisa menemukan sendiri tenggelam
jika permukaan laut terus meningkat, dengan pertumbuhan pulau-pulau yang lebih
kecil dan lebih kecil. Prediksi ekstrim ini adalah menghancurkan prospek untuk
penduduk dan berita buruk bagi wisatawan yang turun di pantai putih yang lembut
dan air hangat setiap tahun. Para ilmuwan memberikan hanya sekitar seratus
tahun sebelum benar-benar menghilang ke laut sekitarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Global Warming atau yang dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan pemanasan global ialah suatu proses
yang ditandai dengan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, laut maupun
atmosfer. Dan efek yang ditimbulkannya adalah kerusakan lingkungan dan
membahayakan seluruh makhluk hidup di bumi.
3.2 Saran
Pembaca sebaiknya
melakukan hal-hal berikut untuk mencegah pemanasan global.
- Batasi Penggunanaan kertas
Tanamkan di pikiran anda kuat-kuat, bahwa setiap anda menggunakan selembar kertas maka anda telah menebang sebatang pohon. Oleh karena itu gunakan kertas se-efektif mungkin - Ganti bola lampu
Segera ganti bola lampu pijar anda dengan lampu neon. Lampu neon ini membutuhkan energi yang lebih sedikit dibanding lampu pijar. Ingat setiap daya daya listrik yang anda pakai maka anda turut serta menghabiskan sumber daya energi listrik yang kebanyakan berbahan bakar fosil. Bahan bakar fosil adalah bahan bakar tak terbarukan, dan dalam jangka sepuluh tahun ke depan mungkin bahan bakar jenis ini akan habis. - Hindari Screen Saver
Shut
down
komputer anda jika tidak akan digunakan dalam jangka waktu lama, atau jika anda
terpaksa meninggalkan komputer dalam keadaan menyala, matikan screen saver.
Mengaktifkan screen saver akan memakan energi dan mengeluarkan emisi
CO2.
- Periksa tekanan ban
Setiap anda ingin bepergian janagn lupa memeriksa tekanan ban kendaraan anda. Ban yang kurang angin akan memperlambat laju kendaraan dan akhirnya akan membutuhkan bahan bakar yang lebih banyak. - Buka jendela lebar-lebar
Di Amerika , sebagian besar dari 22,7 ton emisi CO2 berasal dari rumah. Kebanyakan emisi atau gas buang tersebut berasal dari AC, kulkas, kompor gas atau refrigerator. Unutk meminimalkannya kita dapat mengatur termostat AC dengan suhu udara di luar ruangan. Kemudian bukalah jendela lebar-lebar karena sirkulasi udara yang terjebak dapat mengkonsumsi energi. - Gunakan pupuk organik.
Pupuk yang digunakan kebanyakan petani mengandung unsur nitrogen, yang kemudian berubah menjadi N2O yang menimbulkan efek GRK (Gas Rumah Kaca) 320 kali lebih besar dari pada CO2. - Tanamlah rumpun bambu
Pepohonan memang terbukti mampu menyerap CO2, tetapi ternyata pohon atau rumpun bambu mampu menyerap CO2 empat kali lebih banyak dari pohon-pohon lain. - Naik kendaraan umum
Saat ini jumlah kendaraan pribadi sudah teramat banyak. Sektor transportasi menyumbang sampai 14 % emisi gas rumah kaca ke atmosfer, jika kita menggunakan kendaran umum maka kita mengurangi emisi gas rumah kaca, karena dalam satu kendaraan umum bisa mengangkut puluhan orang, dan itu sangat hemat energi. Dibandingkan dengan kendaraan pribadi seperti sedan yang hanya mengangkut maksimal empat orang. - Kurangi makan daging sapi
Selain megandung kalori yang tinggi, daging sapi juga menyumbang emisi gas rumah kaca yang cukup signifikan. Setiap kilogaram daging sapi yang kita makan, setara dengan menyalakan bola lampu 20 watt selama 20 hari. - Jangan pakai kantong plastik
Plastik ini memang unsur yang sulit terurai, butuh 1000 tahun untuk mengurainya di dalam tanah. - Membeli produk lokal
Produk lokal tentu tidak memerlukan jalur distribusi yang panjang dan membutuhkan banyak bahan bakar. Ini berarti mengurangi emisi CO2 yang dikeluarkan mobil-mobil pengangkutnya. Kemudian belilah produk sayuran atau buah-buahan sesuai musimnya. Ini akan menghemat biaya transportasi dan menghindari harga jual yang mahal. - Hidup efisien
Hiduplah seefisien mungkin, gunakan sedikit energi, komsumsilah sedikit makanan, tinggalkan pola hidup konsumtif, ramahlah terhadap lingkungan, sedikit bicara lebih banyak berpikir, dan sebagainya. - Mengemudi cerdas
Hindari perjalanan yang panjang dan menghabiskan waktu, bila mungkin memotong jalan lakukanlah. Kurangilah aktifitas yang menggunakan kendaraan pribadi. Jika terpaksa menggunakan kendaraan pribadi, pilihlah jalan-jalan alternatif yang bebas macet dan tidak mengkonsumsi energi. Bila anda menunggu, matikan mesin sebab gas buangan tetap keluar sementara bahan bahan bakar terpakai.
DAFTAR PUSTAKAAzhie. Efek Dampak Pemanasan Global. http://www.azhie.net/2012/03/efek-dampak-pemanasan-global.html. Diakses tanggal 21 Maret 2013.Prana. Akibat Pemanasan Global. http://pranaindonesia.wordpress.com/pemanasan-global/akibat-pemanasan-global/. Diakses tanggal 21 Maret 2013.Wikipedia. Pemanasan Global. id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global. Diakses tanggal 22 Maret 2013.- Hidup efisien
silahkan semoga bermanfaat
ReplyDelete