AKTIVITAS
DIPLOMASI INDONESIA DI DUNIA INTERNASIONAL UNTUK MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
Kemenangan
yang diraih dalam perjuangan bersenjata tidak akan berarti jika dunia
internasional tidak mendukung kemerdekaan Indonesia sekaligus menekan kedudukan
Belanda. Ketika Belanda berusaha menanamkan kekuasaannya kembali di Indonesia
ternyata selalu mendapat perlawanan dari bangsa Indonesia.Tindakan yang
dilakukan bangsa Indonesia dalam perjuangan diplomasi antara lain:
1.
Meyakinkan dunia internasional bahwa
masalah kembalinya Belanda ke Indonesia adalah masalah internasional dan bukan
hanya masalah Belanda.
2.
Menarik dukungan banyak negara terhadap
Indonesia baik dalam sidang-sidang PBB maupun pertemuan internasional lainnya.
3.
Berupaya memperoleh dukungan
internasional terhadap kedaulatan Indonesia sekaligus mengundang desakan kepada
Belanda untuk meninggalkan Indonesia.
Dengan demikian
perjuangan diplomasi merupakan ujung tombak perjuangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia di dunia internasional.
1. Perjuangan Diplomasi Menarik
Dukungan Internasional
Bangsa
Indonesia melakukan perjuangan diplomasi dalam upaya menunjukkan kepada dunia
Internasional bahwa kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia pantas untuk
dipertahankan. Tindakan yang dilakukan dalam perjuangan diplomasi antara lain:
a. Meyakinkan
dunia internasional bahwa masalah kembalinya Belanda ke Indonesia adalah
masalah internasional dan bukan hanya masalah Belanda.
b. Menarik
dukungan banyak negara terhadap Indonesia baik dalam sidang-sidang PBB maupun
pertemuan internasional lainnya.
c. Berupaya
memperoleh dukungan internasional terhadap kedaulatan Indonesia sekaligus
mengundang desakan kepada Belanda untuk meninggalkan Indonesia.
Perjuangan
menarik dukungan internasional lewat PBB dilakukan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Tindakan langsung dilakukan dengan mengemukakan masalah
Indonesia dalam siding Dewan Keamanan PBB. Tindakan tidak langsung dilakukan
melalui pendekatan dan hubungan baik dengan negara-negara yang akan mendukung
Indonesia dalam siding-sidang PBB.
Berbagai
bentuk perjuangan Indonesia untuk menarik dukungan internasional lewat PBB,
antara lain:
a. Membina
hubungan baik dengan Australia saat pasukan Australia terlibat dalam tugas
AFNEI. Dukungan Australia terhadap Indonesia terbukti dengan bersedianya
Australia menjadi anggota Komisi Tiga Negara.
b. Membina
hubungan baik dengan India yang dimulai dengan mengirimkan bantuan beras sejak
bulan Agustus 1946. Hubungan tersebut menyebabkan India menjadi pelopor
pengakuan kedaulatan Indonesia dalam forum Internasional terutama PBB.
c. Membina
hubungan baik dengan Liga Arab. Pada tahun 1947 negara-negara seperti Mesir,
Suriah dan Saudi Arabia mengakui kedaulatan Indonesia.
d. Mengadakan
pendekatan dengan negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB. Dalam sidang Dewan
Keamanan PBB bulan Agustus 1947 berhasil mengundang dukungan terhadap
Indonesia.
2. Perjuangan Diplomasi Menghadapi
Sekutu dan NICA
a.
Perundingan
Syahrir-Van Mook
Pada tanggal 10
Februari perundingan Indonesia-Belanda dimulai. Van Mook menyampaikan beberapa
pernyataan politik, antara lain:
1) Indonesia
akan dijadikan commonwealth berbentuk federasi yang memiliki pemerintahan
sendiri di dalam lingkungan kerajaan Belanda.
2) Urusan
dalam negeri dijalankan Indonesia sedangkan urusan luar negeri oleh pemerintah
Belanda.
Sebagai
balasan Syahrir menyampaikan usulan, yaitu:
1) Republik
Indonesia harus diakui sebagai negara yang berdaulat penuh atas wilayah bekas
Hindia Belanda.
2) Federasi
Indonesia-Belanda akan dilaksanakan pada masa tertentu, urusan luar negeri dan
pertahanan diserahkan kepada suatu badan federasi yang terdiri atas orang-orang
Indonesia dan Belanda.
Akan
tetapi usulan dari pihak Indonesia tersebut tidak diterima oleh pihak Belanda.
b.
Perundingan
di Hooge Veluwe
Perundingan ini
dilaksanakan tanggal 14-25 April 1946 di Hooge Veluwe (Belanda) yang merupakan
kelanjutan dari pembicaraan yang disepakati Syahrir-Van Mook. Perundingan di
Hooge Veluwe tidak membawa hasil karena Belanda menolak konsep hasil pertemuan
Syahrir-Van Mook. Pihak Belanda tidak bersedia memberikan pengakuan de facto
kedaulatan RI atas Jawa dan Sumatra, tetapi hanya Jawa dan Madura dikurangi
daerah-daerah yang diduduki pasukan Sekutu.
c.
Perundingan
Linggajati
Sejak tanggal 10
November 1946 Inggris wakil Sekutu mulai menyerahkan persoalan Indonesia kepada
Belanda. Hal ini menimbulkan perasaan tidak puas di kalangan bangsa Indonesia
sehingga banyak terjadi pertempuran di daerah-daerah melawan Belanda.
Melalui
perantara Inggris, pada tanggal 10 November 1946 diadakan perundingan antara
Indonesia dan Belanda di Linggajati di bawah pengawasan Lord Killearn. Delegasi
Indonesia dipimpin Perdana Menteri Sutan Syahrir dan Belanda diwakili
Schermerhorn.
Isi
Perundingan Linggajati adalah:
1) Belanda
mengakui kedaulatan de facto RI atas wilayah Sumatra, Jawa dan Madura.
2) RI
dan Belanda akan bekerja sama membentuk Negara Indonesia Serikat dengan nama
Republik Indonesia Serikat RI menjadi salah satu bagian dari RIS.
3) Republik
Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dan Ratu Belanda
sebagian kepada Uni.
Alasan
pihak RI menerima hasil Perundingan Linggajati adalah:
1) Cara
damai merupakan jalan terbaik, mengingat kekuatan militer Indonesia masih
berada di bawah Belanda.
2) Cara
damaikan mengundang simpati dari dunia internasional.
3) Perdamaian
dan gencatan senjata memberi peluang bagi militer Indonesia untuk melakukan
konsolidasi.
d.
Perundingan
Renville
KTN berhasil
menyelenggarakan perundingan antara Indonesia dan Belanda di atas kapal
Renville milik Amerika Serikat pada tanggal 8 Desember 1947. Dalam persetujuan
Renville Indonesia diwakili Amir Syarifuddin dan Belanda diwakili Abdul Kadir
Wijoyoatmojo.
Isi persetujuan Renville, antara
lain:
1) RI
harus mengakui daerah-daerah kekuasaan Belanda yang sejak Agresi Militer I
diduduki dan menjadi kekuasaan Belanda.
2) Diakui
adanya garis Van Mook yaitu garis yang menghubungkan dua wilayah terdepan yang
diduduki Belanda.
3) Pasukan
RI yang berada di wilayah-wilayah pendudukan Belanda harus ditarik.
4) Penghentian
tembak-menembak.
5) Belanda
bebas membentuk negara-negara federal di daerah-daerah yang didudukinya.
Akibat
perundingan Renville, wilayah Indonesia menjadi semakin sempit. Ketidakpuasan
yang semakin memuncak terhadap hasil Perundingan Renville mengakibatkan
jatuhnya cabinet Amir Syarifuddin.
e.
Perundingan
Roem-Royen
Agresi Militer
II yang dilancarkan Belanda mendapat kecaman dari dalam negeri maupun luar
negeri. PBB membentuk komisi yang disebut UNCI (United Nations Commisions for
Indonesia) untuk mengawasi perundingan Indonesia-Belanda. Perundingan dilaksanakan
tanggal 17 April-7 Mei 1949. Indonesia diwakili Moh. Roem dan Belanda diwakili
Van Royen. Hasil Perundingan Roem Royen adalah:
1) Pernyataan
Indonesia
a) Perintah
kepada TNI untuk menghentikan perang gerilya.
b) Bekerja
sama mengendalikan perdamaian, ketertiban dan keamanan.
c) Turut
mempercepat dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag untuk mempercepat
pengakuan kedaulatan kepada negara Indonesia Serikat secara lengkap dan tanpa
syarat.
2) Pernyataan
Belanda
a) Menyetujui
pemulihan pemerintahan RI di Yogyakarta
b) Menjamin
penghentian operasi militer dan pembebasan semua tahanan politik.
c) Menyetujui
RI sebagai negara bagian Negara Indonesia Serikat.
d) Berusaha
sungguh-sungguh menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar.
f.
Konferensi
Inter Indonesia
Menjelang diadakannya
Konferensi Meja Bundar, Indonesia dan BFO menyelenggarakan Konferensi Inter
Indonesia. Konferensi Inter Indonesia diselenggarakan tanggal 19-22 Juli 1949
di Yogyakarta yang dilanjutkan tanggal 30 Juli 1949 di Jakarta. Hasil
Konferensi Inter Indonesia, antara lain:
1) BFO
mendukung tuntutan RI atas pengakuan kedaulatan Belanda tanpa syarat.
2) RI
dan BFO membentuk komisi persiapan nasional untuk mengkoordinasikan kegiatan
sebelum dan sesudah KMB.
3) Negara
Indonesia Serikat berganti nama menjadi Republik Indonesia Serikat.
4) Angkatan
Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah angkatan perang nasional yang
berintikan TNI.
g.
Konferensi
Meja Bundar
KMB diadakan di Den Haag tanggal 23
Agustus-2 November 1949. Dalam KMB delegasi Indonesia dipimpin oleh Moh. Hatta,
BFO dipimpin Sultan Hamid II, dan Belanda dipimpin oleh Mr. Van Maarseveen.
Hasil KMB adalah:
1) Belanda
akan mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat pada akhir bulan Desember
1949.
2) Penyelesaian
status Irian Barat dilakukan satu tahun setelah pengakuan kedaulatan.
Untuk
mempersiapkan berdirinya RIS, tanggal 15 Desember 1949 Ir. Soekarno dipilih
sebagai Presiden dan Drs. Moh Hatta dipilih sebagai wakil Presiden. Pada
tanggal 27 Desember 1949 berlangsung upacara pengakuan kedaulatan Indonesia di dua
tempat, yaitu di Belgia yang diwakili Moh. Hatta dan di Indonesia diwakili oleh
Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sejak tanggal 27 Desember 1949 telah berdiri
Republik Indonesia Serikat yang menggunakan konstitusi RIS.
E.
Faktor-Faktor yang Memaksa Belanda Keluar dari Indonesia
Untuk
mempertahankan kemerdekaan Indonesia, rakyat Indonesia menempuh berbagai cara
baik melalui perjuangan bersenjata maupun secara diplomasi. Beberapa faktor
yang memaksa Belanda keluar dari Indonesia adalah:
1.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete