MAKALAH CALON ARANG LENGKAP
TUGAS SENI BUDAYA
KELAS XII
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Tari Calonarang dari
daerah Bali. Tari ini mengisahkan rangkaian peristiwa yang terjadi pada zaman
pemerintahan Prabu Erlangga di Kahuripan (Jawa Timur) pada abad IX. Ia
menceritakan perbuatan si janda sakti dan guru ilmu hitam dari Dirah bernama
Calonarang yang menyerang kerajaan Daha yang menyebakan jatuhnya banyak korban
jiwa manusia tak berdosa. Untuk menghentikan perbuatan janda berputrikan Ratna
Mangali ini, Prabu Erlangga minta bantuan kepada seorang brahmana dari Lemah
Tulis bernama Empu Bharadah, yang dengan kekuatan ilmu putihnya berhasil
mengalahkan Calonarang. Adapun bagian-bagian cerita Calonarang yang lazim
dipentaskan adalah: Katundung Ratna Mangali, Iyeg Rarung, Kautus Empu Bahula,
dan Pangesengan Baingin. Masyarakat Bali juga memasukkan cerita Balian Batur,
Basur, Sudarsana, Patih Prabangsa, dan Dayu Datu, yang sedikit banyak
menyangkut ilmu hitam, sebagai lakon Pa-calonarang-an.
1.2.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat kami
ambil rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1.
Apa pengertian dan sejarah dari tari
calon arang ?
2.
Apa Unsur – unsur dan perkembangan dari
tari calon arang ?
3.
Apa saja Alat music, tempat pertunjukkan
dan jenis tari calon arang ?
4.
Apa saja pakaian dan tata rias juga
jenis pertunjukkan dari tari Calon arang ?
5.
Apa saja Tokoh , adegan – adegan dan
konsep “tri mandala” dalan tari calon arang ?
1.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah
1.
Agar kita mengetahui pengertian dan
sejarah dari tari calon arang
2.
Agar kita mengetahui Unsur – unsur dan perkembangan dari tari
calon arang
3.
Agar kita mengetahui saja Alat music,
tempat pertunjukkan dan jenis tari calon arang
4.
Agar kita mengetahui saja pakaian dan
tata rias juga jenis pertunjukkan dari tari Calon arang
5.
Agar kita mengetahui saja Tokoh , adegan
– adegan dan konsep dalan tari calon arang
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Tari Calon Arang
Sendratari Calonarang adalah salah satu
kesenian Bali yang termasuk dalam katagori kesenian untuk kepentingan ritual
yang sakral (wali) tentu saja tidak setiap saat dipentaskan, biasanya pada
saat-saat tertentu saja sebagai sarana untuk “melukat” (membersihkan desa).
Desa adat Kuta, setiap tahunnya selalu mengadakan pertunjukan ini menjelang
odalan pura dalem desa tersebut. untuk wilayah Desa Adat Kuta, kegiatan ini
dimulai dari setra adat (kuburan umum) yang letaknya dekat hotel Paradiso dan
puncaknya diselenggarakan di depan/pertigaan pasar Kuta.
2.2.
Sejarah Cerita Calonarang
Sejarah atau asal
muasal akan adanya kisah Calonarang ini bermula dari seorang janda sakti yang
berasal dari Desa Girah bernama Calonarang dan memiliki putri cantik bernama
Ratna Manggali. Kisah tersebut terjadi pada jaman pemerintahan Prabu Airlangga
yang memerintah di kerajaan Daha, Kediri, Jawa Timur (tahun 1006 – 1042 M).
Dalam pemerintahan tersebut, cobaan datang dari Calonarang yang memiliki ilmu
hitam dan ditakuti oleh semua orang.
Cobaan di kerajaan
tersebut terjadi, karena Calonarang merasa marah karena anak perempuannya tidak
ada yang berani melamar, pemuda-pemuda desa tidak berani karena takut akan
kekuatan ilmu hitam yang dimilki oleh orang tuanya. Mengetahui kejadian
tersebut, Calonarang melakukan Durga puja, karena ketekunanya permintaan untuk
menebar wabah penyakit (grubug) dikabulkan, maka terjadilah wabah, banyak
penduduk yang sakit bahkan banyak yang meninggal.
Kejadian yang menimpa
rakyatnya tersebut tentu membuat Raja Airlangga gusar dan akhirnya mengirim
pasukan kerajaan untuk menumpas Calonarang, namun karena kesaktiannya usaha
raja akhirnya gagal sehingga mengakibatkan kemarahan Calonarang semakin
menggebu.
Kemudian akhirnya Raja Airlangga
mendapatkan petunjuk dengan memanggil penasehat raja yaitu Mpu Baradah,
strateginya adalah mengawinkan murid Mpu Baradah yaitu Mpu Bahula dengan Ratna
Manggali anak dari Calonarang dan natinya diharapkan bisa mengetahui kelemahan
dari Calonarang tersebut.
Dikisahkan perkawinan
berjalan lancar dan Mpu Bahula hidup bersama dengan mertuanya , diceritakan
juga akhirnya Mpu Bahula tahu tentang ritual-ritual yang dilakukan
mertuanya dan Mpu Bahula juga berhasil membawa kitab Calonarang dan diberikan
ke Mpu Baradah, setelah memahami isinya dan kitab tersebut dikembalikan lagi.
Barulah Mpu Baradah datang ke desa Girah untuk memperingatkan Calonarang untuk
menghentikan tenung jahatnya kepada penduduk. Terjadilah perselisihan dan
pertempuran yang akhirnya dimenangkan oleh Mpu Baradah.
Sejarah dan kisah dari
Calonarang ini dikemas dalam bentuk drama tari di Bali, digelar dalam
pertunjukan horor, mistis dan menyeramkan dan menjadi kesenian rakyat yang
cukup populer.
2.3.
Unsur – Unsur Dalam Gerak Tari Calon Arang
Dramatari ritual magis
yang melakonkan kisah-kisah yang berkaitan dengan ilmu sihir, ilmu hitam maupun
ilmu putih, dikenal dengan Pangiwa/Pangleyakan dan Panengen. Lakon-lakon yang
ditampilkan pada umumnya berakar dari cerita Calonarang, sebuah cerita semi
sejarah dari zaman pemerintahan raja Airlangga di Kahuripan (Jawa timur) pada
abad ke IX. Karena pada beberapa bagian dari pertunjukannya menampilkan adegan
adu kekuatan dan kekebalan (memperagakan adegan kematian bangke-bangkean,
menusuk rangda dengan senjata tajam secara bebas) maka Calonarang sering
dianggap sebagai pertunjukan adu kesaktian (batin). Dramatari ini pada intinya
merupakan perpaduan dari tiga unsur penting, yakni Babarongan diwakili oleh
Barong Ket, Rangda dan Celuluk, Unsur Pagambuhan diwakili oleh Condong, Putri,
Patih Manis (Panji) dan Patih Keras (Pandung) dan Palegongan diwakili oleh
Sisiya-sisiya (murid-murid). Tokoh penting lainnya dari dramatari ini adalah
Matah Gede dan Bondres.
2.4. Perkembangan Tari
Calon Arang
Dramatari Calonarang,
yang hingga kini masih tetap digemari oleh masyarakat Bali, kini telah
berkembang menjadi tiga varian: Calonarang Klasik, Calonarang Prembon, dan
Calonarang Anyar. Ketiganya masih tetap menampilkan lakon-lakon yang berkaitan
dengan masalah ilmu hitam (pangeliyakan), masing-masing varian menyajikan lakon
Calonarang menggunakan berbagai elemen-elemen seni, dengan struktur pertunjukan
serta fokus estetik yang berbeda-beda.
Calonarang Klasik, yang diperkirakan muncul sekitar akhir abad XIX di daerah Gianyar Barat (Batubulan, Singapadu, Sukawati), dibentuk oleh unsur-unsur Bebarongan, Pegambuhan, dan Palegongan (tiga jenis seni pertunjukan klasik yang berkembang baik di Kabupaten Gianyar). Unsur Babarongan diwakili oleh barong ket, rangda, dan celuluk; Pegambuhan oleh condong, putri, patih manis (Panji) dan patih keras (Pandung); dan Palegongan oleh sisia-sisia. Peran-peran penting lainnya yang lahir dari dramatari ini sendiri adalah matah gede (wanita tua) dan bondres (orang-orang desa yang berwatak lucu).
Calonarang Klasik, yang diperkirakan muncul sekitar akhir abad XIX di daerah Gianyar Barat (Batubulan, Singapadu, Sukawati), dibentuk oleh unsur-unsur Bebarongan, Pegambuhan, dan Palegongan (tiga jenis seni pertunjukan klasik yang berkembang baik di Kabupaten Gianyar). Unsur Babarongan diwakili oleh barong ket, rangda, dan celuluk; Pegambuhan oleh condong, putri, patih manis (Panji) dan patih keras (Pandung); dan Palegongan oleh sisia-sisia. Peran-peran penting lainnya yang lahir dari dramatari ini sendiri adalah matah gede (wanita tua) dan bondres (orang-orang desa yang berwatak lucu).
Pertunjukan Calonarang
Klasik (seperti yang ada di Desa Singapadu, Batubulan, Sukawati, dan
sekitarnya) mencakup tiga bagian: pembukaan (pategak), sajian tari dan drama
(paigelan), dan penutup (panyuwud). Bagian paigelan masih bisa dipisahkan
menjadi dua: tarian lepas (pangelembar) dan tarian berlakon (lampahan). Untuk
mengawali pertunjukan, biasanya dimainkan tabuh pategak. Perubahan wajah
pertunjukan Calonarang di Bali akhir-akhir ini menarik untuk disimak.
Belakangan ini dramatari Calonarang, termasuk kesenian lainnya yang sejenis
seperti Wayang Calonarang, Arja Calonarang (Basur), cederung menjadi semakin
garang dan menantang dengan ditonjolkannya adegan-adegan yang memperlihatkan
pameran kekebalan dan kekuatan batin.
Semakin digemarinya unsur
pameran ilmu kekebalan seperti ini tampaknya terkait erat dengan kondisi sosial
masyarakat kita dewasa ini yang cepat beringas, emosional, dan suka pamer
kekuatan dan kekuasaan serta dengan pongah menghalalkan segala macam cara,
sekalipun harus mengabaikan ajaran-ajaran agama, untuk mencapai suatu
tujuan.< suatu mencapai untuk agama, ajaran-ajaran mengabaikan harus
sekalipun cara, macam segala menghalalkan pongah dengan serta kekuasaan dan
kekuatan pamer suka emosional, beringas, cepat yang ini dewasa kita masyarakat
sosial kondisi erat terkait tampaknya seperti kekebalan ilmu pameran unsur
digemarinya Semakin batin. memperlihatkan adegan-adegan ditonjolkannya
menantang garang semakin menjadi cederung (Basur), Calonarang Arja Calonarang,
Wayang sejenis lainnya kesenian termasuk dramatari Belakangan disimak. menarik
akhir-akhir Bali di pertunjukan.
2.5. Alat Musik
Pengiring
Pertunjukan Calonarang
bisa diiringi dengan Gamelan Semar Pagulingan, Bebarongan, maupun Gong Kebyar. Sebagai
pengiring pertunjukan Calonarang ini digunakan gamelan (Semarandana), yang
ditambah dengan keyboard, gitar, dan jembe. Di sela-sela pertunjukan terdengar
sound effect yang dimainkan dengan keyboard.
2.6. Tempat Pertunjukan
Tari Calon Arang
Dari segi tempat pementasan, pertunjukan
Calonarang biasanya dilakukan dekat kuburan (Pura Dalem) dan arena
pementasannya selalu dilengkapi dengan sebuah balai tinggi (trajangan atau
tingga) dan pohon pepaya.
2.7. Jenis Tari Calon
Arang
Calonarang Prembon pada
intinya adalah dramatari Calonarang campuran (per-imbuh-an) yang memadukan
elemen-elemen seni pertunjukan Bebarongan, Pegambuhan, Palegongan, dan
Paarjaan. Peran-peran Paarjaan yang dimasukkan ke dalam Calonarang meliputi:
inya, galuh, mantri manis, dan mantri buduh. Dalam pertunjukan dramatari
Calonarang Prembon terjadi dialog antara peran-peran yang memakai dialog
Pagambuhan dan yang memakai dialog bertembang (magending) seperti dalam Arja.
Secara umum, struktur pertunjukan Calonarang Prembon tidak jauh berbeda dengan,
bahkan dapat dikatakan mengikuti Calonarang Klasik.
Calonarang Anyar (Kontemporer) adalah bentuk perkembangan dramatari Calonarang yang paling baru. Grup yang mengawali pertunjukan dramatari Calonarang dengan struktur yang berbeda dengan kedua bentuk Calonarang yang disebutkan di depan adalah Gazes Denpasar melalui dua kali pertunjukannya selama dua bulan terakhir ini di Panggung Ardha Candra, Taman Budaya Denpasar (pada tahun 2003).
Calonarang Anyar (Kontemporer) adalah bentuk perkembangan dramatari Calonarang yang paling baru. Grup yang mengawali pertunjukan dramatari Calonarang dengan struktur yang berbeda dengan kedua bentuk Calonarang yang disebutkan di depan adalah Gazes Denpasar melalui dua kali pertunjukannya selama dua bulan terakhir ini di Panggung Ardha Candra, Taman Budaya Denpasar (pada tahun 2003).
Seperti yang terlihat
dalam pementasan dengan “Balian Batur” pada bulan Oktober dan November yang
lalu, dramatari Calonarang Anyar pada dasarnya adalah sebuah tontonan
multimedia dan sajian seni drama yang melakonkan kisah Calonarang atau yang
sejenisnya, secara kolosal, dengan memadukan berbagai media yang antara lain
diambil dari Calonarang Klasik, Wayang Listrik, seni Ogoh-ogoh, Wayang Kulit
Calonarang, tari Kontemporer, dan pameran seni pangeliyakan.
2.8.
Pakaian dan Tata Rias
Sebagai garapan kreasi,
sendratari Calon Arang tidak lepas dari esensi tari Bali dengan gerakannya yang
luwes namun bertenaga. Dipadukan dengan pakaian tradisional Bali yang sudah
dimodifikasi lengkap dengan balutan kain batik bercorak Bali di bagian
bawahnya. Tata rias dibuat untuk mempertegas garis-garis muka sehingga nampak
seperti tata rias karakter. Tidak jarang, penari mengeluarkan sledet sebagai
bentuk khas dari tari Bali. Sementara, musik yang mengiringi berasal dari suara
gamelan Bali yang dipadukan dengan berbagai alat musik modern lainnya. Untuk
menambah unsur dramatis, ketika moksa, Calon Arang menggunakan topeng berwujud
leak dengan kuku-kukunya yang panjang menjuntai.
2.9.
Jenis Pertunjukan Tari Calon Arang
Ada beberapa jenis seni
pertunjukan tradisional Bali yang dapat dimasukkan ke dalam seni Pacalonarangan
karena memainkan lakon Calonarang atau yang sejenisnya. Bisa disebut antara
lain: Barong Ket Calonarang, Wayang Kulit Calonarang, Legong Keraton Sudarsana,
Joged Pingitan Calonarang, Andir Patih Prabangsa, dan Arja Basur. Belakangan
ini drama Gong dan Gambuh juga memainkan lakon-lakon Calonarang atau yang
sejenisnya. Dikarenakan dalam pertunjukan kesenian-kesenian ini tokoh rangda
(dan juga barong) memegang peranan penting; dan dalam setiap pertunjukan
Calonarang selalu ditampilkan adegan adu kekuatan batin, maka muncul suatu
kesan bahwa semua seni pertunjukan Bali yang menampilkan rangda adalah
Calonarang, dan setiap pertunjukan Calonarang adalah ajang pameran adu
kekebalan dari orang-orang sakti.
Wajah pertunjukan
Calonarang (Klasik, Prembon, Kontemporer) telah berubah menjadi suatu
pertunjukan horor yang meneror penonton dengan adegan-adegan yang berisikan
ilmu kekebalan. Sesungguhnya hal ini sudah ada sejak dahulu, namun dalam
sepuluh tahun terakhir ini menjadi satu unsur pertunjukan yang semakin
diutamakan.
Adegan ngundang-ngundang seperti ini adalah suatu hal yang sudah biasa dalam pertunjukan
Adegan ngundang-ngundang seperti ini adalah suatu hal yang sudah biasa dalam pertunjukan
Wayang
Kulit Calonarang.
Beberapa dalang Wayang Kulit Calonarang
menjadikan bagian ngundang-ngundang liyak ini sebagai salah satu elemen
pertunjukan yang sangat ditonjolkan sekaligus sebagai daya tarik. Pada bagian
ini si dalang secara terbuka dan terang-terangan menyebutkan “identitas”
orang-orang yang mempunyai dan mempraktikkan ilmu hitam, tempat di mana yang
bersangkutan memperoleh kesaktian tersebut, tingkat kemampuan orang tersebut,
kadang-kadang dengan menyebutkan harga dari sabuk pengeliyakan yang dimiliki
seseorang. Gelombang pasangnya popularitas pertunjukan Calonarang dengan
pameran ilmu kakebalannya mengingatkan kita akan gelombang pasang popularitas
kesenian Janger di Bali, dengan berbagai provokasi politiknya pada pertengahan
tahun
Sendratari
Calonarang adalah salah satu kesenian Bali yang termasuk dalam
katagori kesenian untuk kepentingan ritual yang sakral (wali) tentu saja tidak
setiap saat dipentaskan, biasanya pada saat-saat tertentu saja sebagai sarana
untuk “melukat” (membersihkan desa). Desa adat Kuta, setiap tahunnya selalu
mengadakan pertunjukan ini menjelang odalan pura dalem desa tersebut. untuk
wilayah Desa Adat Kuta, kegiatan ini dimulai dari setra adat (kuburan umum)
yang letaknya dekat hotel Paradiso dan puncaknya diselenggarakan di
depan/pertigaan pasar Kuta.
Pertunjukan “Tari Barong” yang sering dipentaskan untuk umum sebagai sarana pentas (balih-balihan) memiliki beberapa unsur yang hampir menyerupai sendratari Calonarang, namun nilai sakralnya yang berkurang.
Pertunjukan “Tari Barong” yang sering dipentaskan untuk umum sebagai sarana pentas (balih-balihan) memiliki beberapa unsur yang hampir menyerupai sendratari Calonarang, namun nilai sakralnya yang berkurang.
2.11.
Adegan – Adegan dalam Drama Tari Calonarang
Drama tari Calonarang
mengangkat kisah tokoh antagonis yang sangat melegenda di Bali, bahkan cukup
populer juga di daerah asalnya di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Kepopuleran
kisah ini bukan karena kebaikannya tetapi kejahatannya yang menguasai ilmu
hitam yang mengganggu kehidupan orang lain dan menimbulkan kesengsaraan.
Walaupun kisah aslinya bukan dari Bali, namun drama tari Calonarang ini sangat
populer disini. Diangkat dalam pementasan drama tari, tema yang diusung
bersifat mistis dan horor, kesenian rakyat inipun tidak dipentaskan di
sembarang tempat ataupun waktu.
Calonarang sendiri
dikenal makhluk jadi-jadian yang sangat menyeramkan, menguasai ilmu leak
tingkat tinggi sehingga sangat ditakuti. Sejumlah kelompok drama tari di Bali
memang spesial menyuguhkan pementasan ini. Pementasan drama tari Calonarang ini
biasanya mengambil tempat di pura Dalem atau tempat yang berdekatan dengan
kuburan dan ditengah malam, seni drama tari ini dipentaskan sebagai tarian wali
yang berbau horor bertujuan untuk membersihkan secara niskala wewidangan
(wilayah) desa tersebut, digelar setelah rangkaian upacara yadnya (piodalan) di
pura Dalem. Anak-anak di bawah umur tidak disarankan untuk menonton pertunjukan
ini, karena memang bukan tontonan anak-anak dan khawatirnya terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan.
Dalam pementasannya
agar lebih menyeramkan pada adegan puncak suasana dibuat gelap tanpa lampu,
dibarengi juga undangan dari para sekaa tari kepada mereka yang menekuni
ilmu hitam untuk mencoba salah satu pemain dalam uji kesaktian di alam gaib,
dan tidak menggunakan ilmu mereka untuk kejahatan atau menyengsarakan orang
lain. Bahkan dalam pementasan drama tari Calonarang menyertakan juga “bangke
matah” yang mana orang tersebut sengaja diupacarai seperti orang mati, kemudian
di usung ke kuburan setempat. Nuansanya sangat horor dan menyeramkan, bahkan
terkadang penonton bisa menyaksikan penampakan seperti “endihan” atau wujud
leak yang berbentuk bola api.
Adegan unik dan mistis
lainnya pada pementasan drama tari Calonarang ini terlihat juga di saat
para penari yang memerankan murid Calonarang tersebut benar-benar kesurupan,
seperti murid-murid sungguhan yang mempelajari ilmu hitam di dunia nyata,
mereka mengundang para leak atau penekun ilmu hitam untuk datang, sehingga
sangat lumrah jika terjadi pemandangan mistis, seperti bola-bola api meluncur
di udara sebagai wujud dari leak tersebut. Mereka berperang mengadu ilmu, jika
pemandangan tersebut bisa anda saksikan tentu akan menjadi pemandangan langka
dan unik pada jaman modern ini.
Dalem adegan lain dalam
pementasan tersebut, terjadi pertarungan sengit antara tokoh baik dengan
Calonarang, keris tajam di hunus kemudian dihujamkan (merancab) dengan bebas ke
tubuh sang Calonarang, namun dengan kesaktiannya tidak terluka sedikitpun,
seperti kekuatan di alam sesungguhnya. Ini adalah hal mistis yang terjadi
karena ada kekuatan lain yang merangsuki tubuh dari Calonarang tersebut,
diiringi dengan gamelan yang memacu semangat para penari untuk menusuk tubuh
calonarang, sehingga suasana sangat mencekam.
Adegan yang disuguhkan
memang cukup membuat bulu kuduk merinding, menyeramkan dan mencekam, namun
karena menonton bersama banyak orang tentu hiburan tersebut menyuguhkan sesuatu
yang berbeda dan spesial bagi masyarakat, sehingga pementasanyapun sangat
ditunggu-tunggu warga. Bahkan pementasan pada tempat-tempat terpencil, mereka
harus menonton pertunjukan drama tari tersebut sampai tuntas, karena khawatir
di tengah perjalanan pulang bertemu dengan leak. Pementasan drama tari
Calonarang di pura tentunya tidak dipungut biaya tiket masuk alias gratis,
setiap orang bebas menikmatinya.
Kesenian yang biasanya
mementaskan cerita tentang Calonarang tersebut diantaranya pertunjukan drama
gong, arja, joged pingitan, wayang kulit, barong ket dan tari legong Keratopn
Sudarsana. Dilihat dari varian pementasan seni tari tersebut baik itu klasik,
prembon atau kontemporer pertunjukan tersebut adalah pertunjukan horor dan
adegan ilmu kekebalan yang kental membalut kisah yang dipertunjukkan, terkesan
unik pada masa kini.
Dengan kepercayaan
warga Hindu di Bali tentang keberadaan leak yang merupakan salah satu bentuk
dari ilmu Calonarang tersebut, dan merupakan salah satu bentuk kekuatan dari
ilmu hitam adalah sebagai penyeimbang dari kekuatan ilmu putih, yang
mana dalam filosofi budaya Hindu di Bali percaya dengan Rwa Bhineda yaitu
dua buah perbedaan yang selalu hidup berdampingan, ada baik – jahat, hitam –
putih, plus- minus yang nantinya bisa menyeimbangkan kehidupan.
2.12.
Konsep TARI CALONARANG, pengertian dari "Mandala Suci"
Dalam
kehidupan masyarakat Bali mengenal adanya istilah ‘Rwa Bhineda’, yang artinya
adalah antara kebajikan dan kejahatan di dunia ini tidak bisa dipisahkan. Oleh
karena itulah maka para leluhur-leluhur Hindu di Bali membuat sebuah cara untuk
mengurangi kejahatan yang digabungkan dengan Seni sehingga terciptalah Tarian
Sakral Arja “Calonarang”.
Konsep
ini merupakan warisan yang diberikan oleh Dewata untuk mengurangi kejahatan di
dunia ini. Pada saat pementasan calonarang merupakan ajang bagi Dewi
Durga untuk bersenang-senang yang disimbulkan dengan adanya tapakan rangda
sebagai stana beliau. Dewi Durga adalah Sakti dari Dewa Siwa yang dikenal
sebagai pemberi ilmu kepada para penekun ilmu hitam di Bali. Pada saat inilah
konsep ini digunakan dengan adanya adegan pemayatan dan pengundangan. Pada
adegan ini ditampilkan dengan adanya adegan yang mengundang semua penekun ilmu
hitam agar mau datang dan mencoba kemampuanya. Secara Rohani atau Niskala para penekun
ilmu hitam ini akan merasa tertantang dan mereka pun kemudian datang untuk
mencoba kemampuanya untuk mencabut roh dari pada pemain yang berperan sebagai
mayat yang dijadikan umpan. Namun mereka tidak mengetahui bahwa pada saat acara
pementasan ini adalah ajang bagi Dewi Durga untuk bersenang-senang.Oleh sebab
itu, karena Dewi Durga merasa terganggu dengan serangan yang dilakukan oleh
anak buahnya sendiri para penekun ilmu hitam yang menyebabkan beliau menjadi
marah maka dipotonglah kekuatan dari para penggangu ini.Disinilah terjadi
proses penetralisir dari kekuatan magic itu sendiri. Selain itu,tari
calonarang juga memiliki fungsi untuk memperlihatkan kekuatan yang dimiliki
dari ajaran Agama Hindu dimana ditampilkan adegan Pengunyingan atau
tarian keris. Adegan ini biasanya ditampilkan dengan Tarian rangda yang
kemudian ditusuk oleh para pengunying menggunakan keris tetapi penari rangda
ini tidak mengalami luka atau bisa dibilang kebal. Secara rohani atau niskala
para penari rangda ini telah dirangsuki oleh kekuatan dari dewi
durga sehingga membuatnya kebal terhadap tusukan keris. Hal ini
bertujuan tiada lain adalah untuk memperlihatkan kepada umat Hindu semuanya
bahwa di Agama Hindu memiliki kekuatan seperti itu yang langsung diterima dari
Dewata sehingga para Umat Hindu semakin yakin dengan ajaran agamanya.
Oleh sebab itu maka dapat disimpulkan bahwa Tari Arja “Calonarang”memiliki
fungsi sebagai berikut :
1.
Sebagai ajang pelestarian seni dari
warisan budaya dan leluhur.
2.
Sebagai penetralisir dari kekuatan ilmu
hitam atau magic di sekitar tempat pementasan
3.
Sebagai ajang untuk memperlihatkan
kekuatan dari Dewata untuk meyakinkan umat terhadap ajaran yang dimiliki agama
Hindu.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesenian tari arja
“Calonarang” merupakan salah satu tarian sakral dari Bali yang sangat banyak
digemari oleh masyarakat umum. Selain dari segicerita yang menarik, pada tarian
ini juga seringkali menampilkan adegan-adegan yang sangat menegangkan yang
mengandung unsur magis yang membuat tarian ini semakin diminati.
Tari Arja
"Calonarang" biasanya identik dengan cerita antara perang dharma
melawan adharma dimana disini disimbulkan dengan perwujudan Barong sebagai
lambang kebenaran dan perwujudan Rangda sebagai simbol kejahatan.
Calonarang adalah cerita semi sejarah
dari zaman pemerintahan raja Airlangga di Kahuripan (Jawa timur) pada abad ke
IX. Cerita Calonarang adalah sebuah dramatari ritual magis yang melakonkan
kisah-kisah yang berkaitan dengan ilmu sihir, baik itu ilmu hitam maupun ilmu
putih. Ilmu hitam ini lebih dikenal dengan Pangiwa /
Pangleyakan dan Panengen.
Dramatari calonarang memadukan 3 unsur penting yaitu Babarongan yang diwakili oleh Barong Ket, Rangda dan Celuluk, Unsur Pagambuhan diwakili olehCondong, Putri, Patih Manis ( Panji ) dan Patih Keras ( Pandung ) dan Palegongandiwakili oleh Sisiya-sisiya ( murid-murid ). Tokoh penting lainnya dari dramatari ini adalah Matah Gede dan Bondres. Untuk tabuh pengiring, dramatari Calonarang biasanya menggunakan Gamelan Semar Pagulingan namun sering juga dipakai gamelan Gong Kebyar.
Dramatari calonarang memadukan 3 unsur penting yaitu Babarongan yang diwakili oleh Barong Ket, Rangda dan Celuluk, Unsur Pagambuhan diwakili olehCondong, Putri, Patih Manis ( Panji ) dan Patih Keras ( Pandung ) dan Palegongandiwakili oleh Sisiya-sisiya ( murid-murid ). Tokoh penting lainnya dari dramatari ini adalah Matah Gede dan Bondres. Untuk tabuh pengiring, dramatari Calonarang biasanya menggunakan Gamelan Semar Pagulingan namun sering juga dipakai gamelan Gong Kebyar.
Dari segi tempat pementasan, pertunjukan
Calonarang biasanya dilakukan dekat kuburan ( Pura Dalem ) dan arena
pementasannya selalu dilengkapi dengan sebuah balai tinggi
( trajangan atau tingga ) dan pohon pepaya.
3.2.
Saran
Setelah mengetahui tentang tari
Calonarang diharapkan kita semua khususnya generasi muda senantiasa
melestarikan tari Calonarang agar tidak tenggelam. Sebagai generasi muda kita
harus lebih mengenal tentang seni dan kebudayaan, baik seni tradisional maupun
seni modern. Karena pada saat ini kita sebagai generasi muda dituntut ikut
serta aktif dalam perkembangan dunia yang semakin pesat. Untuk itu kita sebagai
generasi muda harus tetap menjaga keaslian dari seni dan budaya itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
No comments:
Post a Comment