SEJARAH KERAJAAN - KERAJAAN HINDU DI BALI MASA KEJAYAAN DAN PENYEBAB KERUNTUHAN
A. LATAR BELAKANG KERAJAAN BALI
Kerajaan Bali merupakan salah satu bagian dari
sejarah kehidupan masyarakat bali secara keseluruhan. Bagian
pemerintah kerajaan di Bali juga beberapa kali berganti mengingat pada masa
itu, terjadi banyak pertikaian antara kerajaan yang memperebutkan daerah
kekuasaan mereka. Kerajaan pertama Bali pada saat itu bernama Kerajaan Bedahulu
dan di lanjutkan oleh kerajaan Majapahit.
Meskipun tidak banyak yang tahu tentang
sejarah kerajaan Bali, yang pasti adalah kerajaan Bedahulu atau biasa juga di
sebut Bedulu merupakan kerajaan awal yang muncul di Bali. Kerajaan yang
terpusat di Pajeng atau Bedulu, Gianyar , Kerajaan Bali ini berdiri pada
sekitar abad ke-8 hingga abad ke-14. Konon katanya kerajaan ini di perintah
oleh salah satu kelompok bangsawan yang bernama Dinasti Warmadewa dengan Sri
Kesari Warmadewa sebagai raja pertamanya.
B. SILSILAH KEJARAAN BALI
1. Sri Kesari Warmadewi : Berdasarkan Prasati Blanjong yang
berangka tahun 914. Istananya berada di Singhadwalawa.
2. Ratu Sri Ugrasena : Raja berikutnya adalah Sang Ratu Sri
Ugrasena. Ia memerintah pada tahun 915-924. Istananya berada di Singhamandawa.
Sang Ratu meninggalkan Sembilan prasasti. Pada umumnya prasasti itu berisi
tentang pembebasan pajak pada daerah-daerah tertentu. Selain itu, ada juga
prasasti yang membritakan tentang pembangunan tempat-tempat suci.
3. Tabanendra Warmadewa : Raja ini memerintah pada tahun
955-967M.
4. Jayasingha Warmadewa : Ada yang menduga bahwa Jayasingha Warmadewa bukan keturunan
Tabeanemdra karena pada tahun 960 M Jayasingha Warmadewa sudah menjadi Raja.
Akan tetapi, mengkin juga ia adalah Putra Mahkota yang telah di angkat mendaji
raja sebelum ayahnya turun takhta. Raja Jayasingha Warmadewa memerintah sampai
tahun 975 M.
5. Jayasudha Warmadwea : Ia memerintah pada tahun 975-983M.
6. Sri Wijaya Mahadewi : Pada tahun 983 M muncul
seorang raja wanita, yaitu Sri Wijaya Mahadewi. Menurut Syein Callendels, ratu
itu berasal dari Kerajaan Sriwijaya.
7. Dharma Udayana Warmadewa : Pada pemerintahan Udayana , kerajaan
Bali mengalam kejayaan. Ia memerintsh bersama permaisuri nya, yaitu
Mahendradatta, anak dari Raja Makutawangsawadhana dari Jawa Timur. Udayana
memerintah bersama permaisurinya hingga tahun 1001M karena pada tahun itu
Gunapriya mangkat dan didharmakan di Burwan.Udayana
meneruskan pemerintahannya hingga tahun 1011M.
8. Maraka : Marakata
bergelar DHarmawangsawardhana Marakata pangkajasthana uttunggadewa. Marakata
memerintah dari tahun 1011 hingga 1022M.
9. Anak Wungsu : Ia bergelar Paduka Haji Anak Wungsu Nira Kalih Bhatari
Lumah I Burwan Bhatara Lumah I Banu Wka. Anak Wungsu adalah Raja Bali Kunp yang
paling banyak meninggalkan prasasti ( lebih dari 28 Prasasti) yang tersebar di
Bali Utara, Bali Tengah, dan Bali Selatan. Anak Wungsu memerintah selama 28
tahun dari tahun 1049-1077M.
10. Jaya Sakti :
Jaya Sakti memenrintah dari tahun 1133-1150M.
11. Bedahulu : Memerintah pada tahun 1343 M adalah Sri Asatara Ratna
Bhumi Banten. Raja Bedahulu di bantu oleh kedua Patihnya, Kebo Iwa dan
Pasunggrigis. Ia adalah raja terakhir karena pada masa
pemerintahannnya Bali di taklukan oleh Gajad ada dan menjadi wilayah taklukkan
Kerajaan Majapahit.
C. KEHIDUPAN EKONOMI KERAJAAN BALI
Kagiatan ekonomi masyarakat Bali di titik
beratkan pada sektor pertanian . Hal itu di dasarkan pada beberapa Prasasti
Bali yang memuat hal – hal yang berkaitan dengan kehidupan bercocok tanam.
Beberapa istilah itu, antara lain sawah, parlak (sawah kering), kebwan (kebun),
gaga (ladang), dan kasuwakan (irigasi).
Diluar kegiatan
pertanian, masyarakat Bali kehidupannya juga ditemukan sebagai berikut:
1. Pande
(pandai=perajin)
Mereka memiliki kepandaian membuat
kejarajaan perhiasan dari bahan emas dan perak, membuat peralatan rumah tangga,
alat-alat pertanian, dan senjata.
2. Undagi
Mereka memiliki kemampuan memahat, melukis,
dan membuat bangunan.
3. Pedagang
Pedagang pada masa Bali Kuno dibedakan
menjadi pedagang laki-laki (wanigrama) dan pedagang perempuan (wanigrami).
Nereka sudah melakukan perdagangan antarpulau (Presasti Banwa Bharu).
Kehidupan ekonomi yang berkembang di Bali
yaitu sektor pertanian. Hal itu dapat dibuktikan
dengan katakata yang terdapat dalam banyak sekali prasasti yang menawarkan
usaha dalam sektor pertanian, menyerupai suwah, parlak (sawah kering), gaga
(ladang), kebwan (kebun), dan kaswakas (pengairan sawah).
D. KEHIDUPAN SOSIAL-BUDAYA KERAJAAN BALI
Struktur masyarakat yang
beerkembang pada masa Kerajaan Bali Kuno di dasarkan pada hal sebagai berikut:
1. Sistem Kasta (Catirwarna)
Sesuai dengan
kebudayaan Hindu di India, pada awal perkembangan Hindu di Bali
sisitem kemasyarakatan nya juga di bedakan dalam beberapa kasta. Namun, untuk
masyarakat yang berada di luar kasta di sebut Budak atau njaba.
2. Sistem Hak Waris
Pewaris harta benda
dalam suatu keluarga di bedakan atas anak laki-laki dan anak perempuan. Anak
laki-laki memiliki hak waris labih besar di bandingkan anak perempuan.
3. Sistem Kesenian
Kesenian yang
berkembang pada masyarakat Bali Kuno di bedakan atas system kesenian Keraton
dan system kesenian rakyat.
4. Agama dan Kepercayaan
Masyarakat Bali Kuno
meskipun sangat terbuka dalam menerima pengaruh dari luar, mereka tetap mempertahan
kan tradisi kepercayaan nenek moyang nya. Dengan demekian, di Bali di kenal ada
penganut agama Hindu, Budha, dan Kepercayaan aninisme.
E. KEHIDUPAN POLITIK KERAJAAN BALI
Pada tahun
989-1011 Kerajaan Buleleng diperintah oleh Udayana Warmadewa. Udayana memiliki
tiga putra, yaitu Airlangga, Marakatapangkaja, dan Anak Wungsu. Kelak,
Airlangga akan menjadi raja terbesar Kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur.
Menurut prasasti yang terdapat di pura batu Madeg, Raja Udayana menjalin
hubungan erat dengan Dinasti Isyana di Jawa Timur. Hubungan ini dilakukan
karena permaisuri Udayana bernama Gunapriya Dharmapatni merupakan keturunan Mpu
Sindok. Kedudukan Raja Udayana digantikan putranya, yaitu Marakatapangkaja.
Rakyat
Buleleng menganggap Marakatapangkaja sebagai sumber kebeneran hukum karena ia
selalu melindungi rakyatanya. Marakatapangkaja membangun beberapa tempat
peribadatan untuk rakyat. Salah satu peninggalan Marakatapangkaja adalah
kompleks candi di Gunung Kawi (Tampaksiring). Pemerintahan Marakatapangkaja
digantikan oleh adiknya, Anak Wungsu. Anak Wungsu merupakan raja terbesar dari
Dinasti Warmadewa. Anak Wungsu berhasil menjaga kestabilan kerajaan dengan
menanggulangi berbagai gangguan, baik dari dalam maupun luar kerajaan. Dalam
menjalankan pemerinahan, Raja Buleleng dibantu oleh badan penasihat pusat yang
disebut pakirankiran i jro makabehan. Badan ini terdiri atas senapati dan pendeta Siwa serta Buddha.
Badan ini berkewajiban memberi tafsiran dan nasihat kepada raja atas berbagai
permasalahan yang muncul dalam masyarakat. Senapati bertugas di bidang kehakiman
dan pemerintahan, sedangkan pendeta mengurusi masalah sosial dan agama.
F. KEHIDUPAN BERAGAMA KERAJAAN BALI
Agama
Hindu Syiwa mendominasi kehidupan masyarakat Buleleng. Akan tetapi, tardisi
megalitik masih mengakar kuat dalam masyarakat Buleleng. Kondisi ini dibuktikan
dengan penemuan beberapa bangunan pemujaan seperti punden berundak di sekitar
pura-pura Hindu. Pada masa pemerintahan Janasadhu Warmadewa (975-983) pengaruh
Buddha mulai berkembang di Buleleng. Agama Buddha berkembang di beberapa tempat
di Buleleng seperti Pejeng, Bedulu, dan Tampaksiring. Perkembangan agama Buddha
di Buleleng ditandai dengan penemuan unsur-unsur Buddha seperti arca Buddha di
gua Gajah dan stupa di pura Pegulingan.
Agama
Hindu dan Buddha mulai medapatkan peranan penting pada masa Raja Udayana. Pada
masa ini pendeta Syiwa dan Brahmana Buddha diangkat sebagai salah satu
penasihat raja. Sesuai dengan kepercayaan Hindu, raja dianggap penjelmaan
(inkarnasi) dewa. Dalam prasasti Pohon Asem dijelaskan Anak Wungsu merupakan
penjelmaan Dewa Hari (Wisnu). Bukti ini menunjukkan bahwa Raja Anak Wungsu dan
rakyat Buleleng merupakan penganut waisnawa, yaitu pemuja Dewa Wisnu. Selain
agama Hindu dan Buddha, di Buleleng berkembang sekte-sekte kecil yang menyembah
dewa-dewa tertentu, misalnya sekte Ganapatya (penyembah Dewa Gana) dan Sora
(penyembah dewa Matahari).
G. MASA KEJAYAAN DAN KERUNTUHAN KERAJAAN BALI
Massa kejayaan Kerjaan Bali terjadi pada saat
di pimpin Oleh Dharmawangsa. Pada masa Pemerintahan ini kerajaan Bali mengalami
kejayaan dengan system pemerintahan yang semakin jelas daripada sebelumnya.
Pada masa ini pihak kerajaan mempererat hubungan dengan kerajaan Jawa Timur,
hal ini memperkokoh kedudukan kerajaan di antara Pulau Jawa dan
Bali. Kerajaan Bali Kuno, yang dahulu mengalami
sebuah kemajuan pesat disebutkan menjadi salah
satu kerajaan termakmur dengan para penguasanya yang sangat piawai menjaga
kemakmuran, sangat menyayangi rakyat, memperhatikan bidang-bidang spiritual
dan kebudayaan karena dahulu
masyarakatnya dikenal sangat menjunjung budayanya sendiri seperti halnya
diceritakan Kerajaan Atlantis dengan tingkat
perkembangan peradabannya yang memukau orang.
a. Penyebab Kejayaan
1). Naik tahtanya Dharmodayana. Pada masa pemerintahannya system
pemerintahan Kerajaan Bali semakin jelas.
2). Perkawinan antara Dharma Udayana dengan Mahendradata yang
merupakan putrid dari Raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur, sehingga
kdudukan Kerajaan Bali semakin kuat.
b. Penyebab Keruntuhan
1). Patih Kebo Iwa yang berhasil di
bujuk untuk pergi ke
Majapahit, sesampainya di Majapahit Kebo
Iwa Dibunuh.
2). Patih Gajah Mada yang berpura-pura
menyerah dan
diminta di adakan
perundingan di Bali, lalu ia menangkap.
H. PENINGGALAN KERAJAAN BALI
1. Prasasti
Blanjong
Prasasti Blanjong (atau Belanjong) adalah
sebuah prasasti yang memuat sejarah tertulis tertua tentang Pulau Bali. Pada
prasasti ini disebutkan kata Walidwipa, yang merupakan sebutan untuk Pulau
Bali. Prasasti ini bertarikh 835 çaka (913 M), dan dikeluarkan oleh seorang
raja Bali yang bernama Sri Kesari Warmadewa.
Prasasti
Blanjong ditemukan di dekat banjar Blanjong, desa Sanur Kauh, di daerah Sanur,
Denpasar, Bali. Bentuknya berupa pilar batu setinggi 177 cm, dan bergaris
tengah 62 cm. Prasasti ini unik karena bertuliskan dua macam huruf; yaitu huruf
Pra-Nagari dengan menggunakan bahasa Bali Kuno, dan huruf Kawi dengan
menggunakan bahasa Sanskerta.
2. Pura Tirta
Empul
Sejarah pura tersebut yang terletak di daerah
Tampaksiring Bali dibangun pada tahun 967 M (Tahun Caka : 889) oleh raja Sri
Candrabhaya Warmadewa. Pura atau Tempat suci ini, digunakan beliau untuk
melakukan hidup sederhana, lepas dari keterikatan dunia materi, melakukan tapa,
brata, yoga, semadi, dengan spirit alam sekitarnya. Secara etimologi bahwa
Tirta Empul artinya air yang menyembur keluar dari tanah. Maka Tirta Empul
artinya adalah air suci yang menyembur keluar dari tanah. Air Tirta Empul
mengalir ke sungai Pakerisan. Sepanjang aliran sungai ini terdapat beberapa
peninggalan purbakala. Air suci yang ada di pura ini, sebagaimana disebutkan
dalam purana bali dwipa, berfungsi untuk memusnahkan racun yang disebarkan oleh
Mayadenawa. Sehingga Pura Tirta Empul ini digunakan untuk upacara melukat
seperti penjelasan dalam tata cara melukat / meruwat di Pura Tirta Empul,
Tampak Siring.
3. Pura Penegil Dharma
Pura Penegil Dharma | sejarah pendirian pura ini
dimulai pada 915 Masehi yang keberadaan pura ini berkaitan dengan sejarah
panjang Ugrasena, salah seorang anggota keluarga Raja Mataram I dan kedatangan
Maha Rsi Markandeya di Bali.
No comments:
Post a Comment